Blogger templates

Menulis Untuk Peradaban

Blogger news

Blogroll

About

Blog Archive

Diberdayakan oleh Blogger.

Text Widget

About me

Ibu Rumah Tangga, Dosen, Pebisnis online, Blogger, Konsultan IndScript dan Anggota Institut Ibu profesional

Pages

Flickr Images

BTemplates.com

Sabtu, 10 November 2018


Alloh has perfect timing, never late, never early.

Senin, 25 Juni 2018 pukul 13.15 WIB, kamu terlahir ke dunia. Dengan panjang 50 cm dan berat 4,1 kg.

Tangisan pertamamu pecah. Saya yang masih terbaring kaku di meja operasi seketika berteriak lirih "Allohu Akbar."

Awalnya saya memilih untuk bisa persalinan normal, hingga ganti dokter. Memilih dokter yang tidak buru-buru vonis caesar.

Di usia kehamilan 6 bulan, dokter pertama menganjurkan caesar karena sakit hemoroid yang saya alami. Langsung banting setir, cari second opinion. Alhamdulillah dapat dokter yang tidak buru-buru vonis caesar.

"ah, kecil bu segitumah. Paling Ibu sakit depan belakang. Level segitu masih bisa normal kok."
Pernyataan itu cukup melegakan, meskipun saya belum bisa membayangkan bagaimana sakitnya di bagian depan, apalagi ditambah di bagian belakang.

Dengan tanpa beban saya menajalani kehamilan dengan happy. Tanpa perlu dihantui caesar, caesar dan caesar.

Emang kenapa dengan caesar, toh sama saja, kan. Malahan gak sakit.
Iya sama saja. Tapi bagi saya luaaarr biasaa. Ketemu jarum suntik terakhir itu SD kelas 1 apa kelas 2 ya. Dan itu juga penuh drama.

Alloh berkehandak lain. Di usia kehamilan 38 weeks. Dokter menyatakan baby belum bisa masuk semua ke panggul. Saat itu berat baru 3,2 kg. kepala udah di bawah. Dengan berat hati dokter menyatakan ini kemungkinan besar harus caesar.

Mendengar keputusan itu, seluruh tulang serasa rontok. Dokter yang melihat reaksi saya, akhirnya memberikan waktu.

"Baik bu, saya tunggul sampai tgl 27 Juni ya untuk USG lagi. Tapi itu peluangnya kecil bisa bersalin normal. Ibu tau kan saya dari awal gak pro caesar, tapi melihat kondisi seperti ini. Saya tidak bisa berbuat apa-apa."

"Baik, saya diksusi dulu sama suami, dok."

Kala itu, Ibu yang membersamai saya kontrol ke dokter.
"udah, mending caesar saja, sekarang mah banyak yang di caesar. Si A kemarin ari-arinya ngebelit leher di caesar, si B anaknya sungsang juga di caesar, si C gak bisa ngeden juga di caesar."

Ibu mencoba untuk membesarkan hati saya.

Lagi-lagi, saya tidak menelan mentah-mentah vonis dokter. Saya kembali melakukan second opinion ke dokter lain. Siapa tahu ada angin segar. Tapi hasilnya ternyata sama saja.

Allohu Akbar. Sepertinya ini adalah pilihan terbaik.

Hari senin, 25 juni 2018 pukul 08.00 WIB saya ditemani suami, ibu dan adik menuju RS. Sesuai dengan janji dokter sebelumnya. Pukul 13.00 WIB akan dilakukan operasi.

Semalaman bisa tidur ?
Boro-boro, gelisah yang ada. Apalagi sebelumnya saya sudah mencari dan sudah melihat beberapa video terkait persalinan caesar.

Ah, lebay? Padahal enak, kan caesar gak sakit?
Iya gak sakit pas diambil baby nya. Tapi setelahnya nikmat pisan.

Kembali ke operasi caesar. Tepat jam 12.00 WIB, suster meminta izin untuk memasangkan kateter. Ini bagi saya salah satu rangkaian operasi yang menyeramkan. Perih dan nyiksa banget rasanya.

Kemudian saya didorong ke ruang operasi. Aura horor mulai tercium. Cess, dingin menusuk kulit. Saya mulai dipasang alat ini dan itu. Beberapa Dokter dan perawat sudah ada di sana.

Bismillah, saya mencoba untuk tenang. Sepertinya dokter pun sudah melihat ketegangan yang saya alami. Akhirnya, dia memulai percakapan untuk mencairkan suasana. Kami mulai berbincang tentang bandara BIJB, kinerja jokowi sampe pilkada yg akan digelar hari rabu.

Tapi suasana kembali horor. Dokter anastesi, mulai memintaku untuk menunduk dan dia mulai suntik anastesi di bagian punggung. Jarum suntik berkali-kali menembus punggung. Selalu gagal, karena saya tegang.

"rileks, bu. Biar hanya sekali suntik. Ini sudah lima kali."

Gimana bisa rileks, sakitnya itu Mak. Masya Alloh.
Tapi, akhirnya berhasil juga.
Beberapa menit kemudian, bius lokal bereaksi. Dari perut ke bawah sudah tidak terasa.
"Bismillah, Bu. Perbanyak doa. Operasi akan dimulai." Salah satu dokter menginformasikan.

Tepat 13.05 dokter menyayat perut. Tidak terasa sakit apa-apa, hanya tekanan dan dorongan berkali-kali yang terasa. 10 menit kemudian Baby dengan berat 4,1 kg dan panjang 50 cm keluar, tangisnya memenuhi ruangan operasi.

Kala itu, saya masih dalam ingatan waras, saya masih mendengarkan obrolan dokter tentang ini dan itu selama berlangsung operasi. Udah terbiasa kali ya. Padahal pasiennya sedang ketar-ketir ketakutan. Ah, saya hanya pasrah saja sama Alloh.
Semoga operasi berjalan lancar.

Tepat pukul 13.40 operasi selesai. Pengaruh obat bius masih terasa. Saya belum merasakan sakit apa-apa.

Tapi setelah pengarus obat bius hilang. Alamak, sakitnya... Nikmat banget.
Puncaknya tengah malam. Sakit teramat sangat saya alami. Berulang kali suami memanggil perawat.

Dokter mulai meningkatkan dosis pereda rasa sakit. Tapi itu gak ngaruh. Justru perut malah semakin menjadi seperti kontraksi. Ditambah lagi sakit dibagian mis V akibat pemasangan kateter.

Keringat dingin mulai mengucur. Berulang kali saya istigfar. Dan berulang kali saya bilang tidak kuat. Saya pasrah jika Alloh mengambil nyawaku saat itu pula. Yang pasti saya sudah bahagia bisa melahirkan makhkuk kecil ke dunia dengan selamat.

Saya pegang erat tangan suami dan ibu. Suami sudah menangis. Ibu sudah panik hebat. Akhirnya dokter dan bebarapa perawat masuk ke ruangan. Kateter dilepas dan memasukkan dua obat pereda sakit ke dalam anus. Tensi darah pun tinggi ada di 170/100. Beberapa perawat sudah mengkhawatirkan akan terjadi pendarahan.

Tapi alhamdulillah Alloh masih memberikan saya kesempatan untuk hidup. Tepat di waktu shubuh kondisi sudah mulai membaik. Saya masih pun bisa tertidur.

Dan, alhamdulillah hari ini saya dan baby sudah diizinkan dokter untuk pulang.

Alhamdulillah, tiada henti rasa syukur ini terucap. Alloh memberikan yang terbaik.
Alloh has perfect timing, never early, never late.

Karawang, 27 Juni 2018