Popular Posts
Mengenai Saya
Blogger templates
Menulis Untuk Peradaban
Blogger news
Blogroll
About
Blog Archive
Diberdayakan oleh Blogger.
Text Widget
About me
Ibu Rumah Tangga, Dosen, Pebisnis online, Blogger, Konsultan IndScript dan Anggota Institut Ibu profesional
Blog Archive
-
▼
2017
(49)
-
▼
April
(16)
- ANDAI AKU BISA MEMILIH BAPAK
- Mengenal Gaya Belajar Auditory
- Mengenal Gaya Belajar Sendiri
- Kartini Tidak Ajarkan Emansipasi Liberal?
- Enam Peluang Bisnis Pertanian yang Menjanjikan
- 4 Jurus Antigalau Saat Jodoh Tak Kunjung Datang
- Kiat Sukses Menyelesaikan Tugas Akhir
- Aliran Rasa Game Level#3 “My Project My Family”
- Meraup Rupiah dari Bisnis Baut
- 4 Cara Mengurangi Kebiasaan Mengeluh
- Projek Membasmi Tikus Sawah
- Database Bisnis
- Merapihkan Pencatatan Keuangan
- Projek Pengembangan Warung
- Belajar Memasak
- Projek Membersihkan Rumah
-
▼
April
(16)
Categories
- #Gameslevel2#Melatihkemandirian#Kelasbunsayiip
- Agribisnis
- Alumni Sekolah Perempuan
- Artikel
- Baby Zea
- Bisnis
- Bunda Sayang
- catatan merah jambu
- Ceritaku...
- Dakwah
- Gaya Belajar Anak
- Ibu Profesional
- IIP
- Kelas Bunda Sayang IIP
- Lomba Nulis SP
- Matrik Ibu Profesional (MIP) Batch #2
- Muslimah
- My Familly My Team
- Review Artikel
- Tips ngatur keuangan
Labels
- #Gameslevel2#Melatihkemandirian#Kelasbunsayiip
- Agribisnis
- Alumni Sekolah Perempuan
- Artikel
- Baby Zea
- Bisnis
- Bunda Sayang
- catatan merah jambu
- Ceritaku...
- Dakwah
- Gaya Belajar Anak
- Ibu Profesional
- IIP
- Kelas Bunda Sayang IIP
- Lomba Nulis SP
- Matrik Ibu Profesional (MIP) Batch #2
- Muslimah
- My Familly My Team
- Review Artikel
- Tips ngatur keuangan
Pages
Flickr Images
BTemplates.com
Feedjit
Minggu, 30 April 2017
Saya yakin tidak ada seorang pun
anak di dunia ini yang ingin memiliki Bapak berwatak keras. Ya keras,
bukan tegas. Tentu berbeda antara sikap tegas dan keras. Banyak orang
yang masih keliru dengan kedua kata tersebut. Parahnya sampai menyamakan
artinya. Sejauh pemahaman saya, tegas itu gigih mempertahankan prinsip,
disiplin, jika salah maka bilang salah dan jika benar maka bilang benar.
Sementara sikap keras cenderung kepada sikap selalu ingin dituruti, walaupun
itu salah, mendekati kepada sifat pemarah dan egois.
Seandainya Tuhan memberikan kesempatan untuk memilih ingin diberi sosok Bapak
seperti apa, maka dengan sigap saya akan mengusulkan bahwa saya tidak ingin
memiliki Bapak yang seperti ini. Ah, tapi itu tidak mungkin. Kata orang syukuri
saja apa yang Tuhan kasih. Kita tidak bisa memilih lahir dari keluarga dan
orang tua seperti apa. Karena ini berada di wilayah yang tidak dikuasai oleh
manusia. Jika kita kaitkan dengan pembahasan kajian Islam ini berada pada pembahasan
Qodlo dan Qodar. Tapi saya tidak akan membahas masalah tersebut.
Tidak dipungkiri, rasa iri yang menyeruak selalu muncul ketika melihat
teman-teman lain begitu diperlakukan lembut oleh Bapaknya. Sementara saya,
jangankan diusap-usap kepala, berbicara lembut pun tidak pernah. Pernah sekali
waktu mencoba bertanya kepada Ibu, “kenapa Bapak seperti ini, Bu?” dan Ibu
hanya menjawab, “ini sudah sikap Bapak mu, Terimalah saja,” jawab Ibu.
bersyukur diberikan Ibu yang memiliki sikap lembut 1800 berbeda
dengan sikap Bapak. Maka wajar jika kami lebih dekat dengan Ibu dibanding
Bapak. Tuhan memang Maha Adil dalam memasangkan hamba-Nya.
Satu hal kejadian yang paling saya ingat dan masih berbekas sampai sekarang.
Bapak pernah melempar saya dengan sisir. Ini gara-gara saya mengingatkan Bapak
untuk shalat Idul Fitri. Kala itu saya masih duduk di bangku SMP. Terbayang
betapa terguncangnya mental kecil saya. Dalam mendidik pun sangat keras, entah
apakah itu masih disebut mendidik atau bukan. Kata-kata kasar sering terlontar
dari mulutnya. Jika ada sesuatu hal yang tidak seusai dengan keinginannya atau
apa yang diinginkannya itu dituruti pasti marah. Tak jarang pula Bapak selalu
membanding-bandingkan saya dengan anak tetangga yang lebih sukses menurut
pandangan Bapak. Dan ini masih berbekas sampai saat ini. Ibarat sebuah paku
yang sudah tertancap kuat pada sebongkah kayu. Sekalipun dicabut maka akan
tetap meninggalkan luka.
Hingga suatu saat dipuncak kekesalan, saya berdoa agar tidak diberikan jodoh
yang sikapnya seperti Bapak. Dan subhanlloh, Tuhan mengabulkan apa yang saya
panjatkan. Saya mendapatkan pendamping hidup yang memiliki sikap 1800
berbeda dengan Bapak.
Mencoba untuk menelusuri dan mengambil hikmah dari setiap apa yang Tuhan
gariskan. Ternyata benar tersimpan hikmah yang besar. Jika saya tidak memiliki
Bapak seperti ini, tentu saya tidak akan sekuat ini dalam mengarungi kehidupan,
tentu saya tidak akan begitu jeli memilih calon pendamping hidup. Ah, memang
skenario Alloh itu akan selalu indah pada akhirnya. Tentunya jika kita mau
berfikir dan bersyukur.
Namun, masih menjadi pertanyaan besar dan belum terpecahkan hingga saat ini
adalah apa yang melatar belakangi Bapak seperti ini? Ah, sepertinya tak perlu
lagi mencari alasannya. Sekarang terpeting bisa maksimal merawat dan berbakti
disisa usainya. Sekuat tenaga untuk mengobati sayatan luka akibat tancapan paku
yang pernah tertancap. Memohon kepada-Nya Yang Maha membolak balikan hati
manusia.
ALUMNI_SEKOLAHPEREMPUAN
#SekolahPerempuan
#SekolahPerempuan
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar