Blogger templates

Menulis Untuk Peradaban

Blogger news

Blogroll

About

Blog Archive

Diberdayakan oleh Blogger.

Text Widget

About me

Ibu Rumah Tangga, Dosen, Pebisnis online, Blogger, Konsultan IndScript dan Anggota Institut Ibu profesional

Pages

Flickr Images

BTemplates.com

Selasa, 29 November 2016


Belum telat sepertinya saya menulis tentang tema Guru. Saya tidak akan menceritakan deretan guru-guru saya yang sangat luar biasa, mulai dari Sekolah Dasar hingga Pasca sarjana. Karena mereka memang sudah luar biasa.

Tapi sekarang saya sedang ingin menuliskan tentang “Sang Guru Bumi”, yang doanya menembus langit, kata-katanya keramat dan penuh dengan keberkahan. Bahkan Tuhan pun Meridhoi ketika Sang Guru Bumi itu ridho.
Kamis, 24 November 2016


NICE HOMEWORK #6_
*BELAJAR MENJADI MANAJER KELUARGA HANDAL*

Bunda, sekarang saatnya kita masuk dalam tahap “belajar menjadi manajer keluarga yang handal.
Mengapa? karena hal ini akan mempermudah bunda untuk menemukan peran hidup kita dan semoga mempermudah bunda mendampingi anak-anak menemukan peran hidupnya.
Ada hal-hal yang kadang mengganggu proses kita menemukan peran hidup yaitu
*_RUTINITAS_*
Menjalankan pekerjaan rutin yang tidak selesai, membuat kita _Merasa Sibuk_sehingga kadang tidak ada waktu lagi untuk proses menemukan diri.
Maka ikutilah tahapan-tahapan sbb :
Resume Diskusi
Matrikulasi Ibu Profesional Sesi #6
IBU, MANAGER KELUARGA HANDAL
Tanggal : 22 Nopember 2016
Waktu : Pkl. 19.30 - 20.30 WIB
•••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••
1. Ibu Asti susanti - rangkasbitung
Saat motivasi kita masih sekedar bekerja (baik drmh maupun diluar) apakah yang harus dilakukan agar bisa naik menjadi panggilan hati dan istiqomah dalam menjalankannya.
Jawab :
1. Up grade kualitas diri secara terus menerus Bu. Baik secara ilmu dan juga pengamalannya. Miliki motivasi dari dalam diri (intrinsik), bukankah up grade diri itu juga termasuk ibadah sebagai tanda bukti syukur kita pada Allah swt?!
Kemudian cari support systemnya (ekstrinsik); bisa dari komunitas, kumpulan pengajian, buku-buku, dst. Jangan berjalan sendiri. Keistiqamahan itu sebagaimana juga semangat bisa saling menular.
2. Ibu Sri - Majalengka
●Hmmm... dahsyat sekali, bun... jadi tetap dimungkinkan seorang ibu untuk sukses di 2 ranah domestik & publik?
Jawab:
Kalo pertanyaannya Mungkinkah ... ? jawaban saya adl Mungkin. Kok serasa syair lagunya Andre stinky ya😄
Maaf intermezzo,
Banyak juga ibu2 yg bekerja di sektor publik juga sukses dalam mendidik anak. Tapi butuh Energi yang luar biasa besar & Berkomitmen Tidak membawa urusan Kantor masuk mempengaruhi urusan Rumah.
● Sebenarnya, Alhamdulillah saya selalu bikin time schedule utk semua goal, baik pribadi maupun kantor (Kalo keluarga sbg team, belum mulai dibikin...) cuma seringnya susah ditepati. Dalam artian, ada jadwal yg terpaksa batal, karena ada rapat dinas di luar kota atau karena hal lain. Yg ingin ditanyakan, Gimana trik2 menyusun time schedule yang fleksible tanpa menurunkan kualitas goal yg ingin dicapai...
Makasih
Jawab:
Terus terang sy Bukan Ibu yg bekerja di Ranah Publik
Tapi akan sy coba menjawabnya.
Yang dilakukan bu Sri saat ini membuat Time schedule sudah tepat,
Saran sy bu Sri membuat list dalam sehari kegiatan2 yg urgent apa, obrolkan/diskusikan dengan suami & anak2. Latih & buat simulasi dengan mereka seandainya ada hal2 yg sangat urgen yg membuat bu sri tidak mampu memenuhi janji atau jadwal penting bersama anak2, Minta Suami utk menggantikan posisi bu Sri sementara waktu. Dan buat jadwal diwaktu liburan utk mengganti waktu yg hilang bersama keluarga.
Smoga bermanfaat
● Boleh melanjutkan Pertanyaan ya, bun... sy sebenernya sudah komitmen utk tidak membawa urusan kantor ke rumah. Tapi kenyataannya susah sekali utk PNS di ranah kesehatan seperti sy, krn kadang kalo ada kasus yg darurat dan butuh penanganan segera, mau ga mau, kita harus terlibat. Yg ingin saya tanyakan, Gimana solusi komunikasi yg baik utk kasus seperti ini. Supaya komitmen tetap berjalan, dan sumpah janji sy sbg PNS juga bisa ditepati... Makasih…
Jawab :
Sy coba jawab ya bu Sri, perlu ngobrol dengan jujur & terbuka dari hati ke hati dengan suami, resiko pekerjaan nya bu sri bagaimana, apa yg dibutuhkan bu sri & apa yg dibutuhkan suami, peran apa yg bisa dilakukan bu sri & peran apa yg bisa dilakukan suami.
Apa yg harus dilakukan jika kondisi urgen sehingga bu sri harus meninggalkan rumah sewaktu2, itu harus dicatat & dipatuhi bersama.
Bicarakan juga dengan anak2, latih & simulasikan berulang2. Karena bagi anak2, paham apa yg kita komunikasikan butuh waktu.
3. Bunda Syafiya
Gmn menyemangati diri,imag sebagian org itu kan ibu yg ga kerja tu d pandang sebelah mata oleh sebagian org,dah hampir setahun sy memilih u tdk bekerja u fokus ngurusin anak2, tpi rasa bete itu sering melanda.rasa males suka menguasai diri😊,gmn ya dah berusaha u evaluasi,meluruskan niat jg.palagi suami kurang suka krn pemahaman nya jg kurang tntng mendidik anak.
Sy mengajarkan kemandirian k anak2,tpi itu semua luluh lantah krn suami memanjakan ny,sy dah komunikasikan dgn suami,tpi beliau ga pernah nanggepin serius.
Beliau malah nyaranin k sy klu dpt ilmu dri MIP ini jg d praktekin terlalu sempurna,dia pengen mendidik anak ala kadar ny z,gmn ya beliau klu d ajakin ngobrol msalh anak ga mau aja
Jawab :
Bunda... tetap semangat ya.. Banyak ibu yang mengalami perjuangan yang serupa. Intinya kita yang lebih sering berinteraksi dengan anak. Jika kita investasi 5 jam untuk fokus pada anak, sementara sang Ayah hanya waktu sisa. Bukankah akan lebih mengena waktu berinteraksi dengan ibunya? Semoga perubahan baik pada anak-anak bisa menjadi pintu terbukanya hati dan pikiran sang Ayah. 🤗
4. Ibu Lusi - Pandeglang
Saya bekerja di ranah publik, mendelegasikan pengasuhan anak ketika bekerja pada pengasuh. Karena usia pengasuh hampir sama dg ibu saya, seringnya saya merasa ga enak untuk memberikan panduan pengasuhan yang sesuai keinginan saya, terbentur dari perasaan pengasuh bahwa beliau lebih berpengalaman dari saya. Adakah tips untuk meminimalisir rasa "ga enakan" saya ini?
Jawab :
Tentukan 1 karakter/prinsip yang akan ditanamkan. Dilatihkan dulu selama 3 bulan. Jadi kita tidak terlalu cerewet. Tentu saja, jika ada yang benar-benar out of track harus langsung ditegur. Sharing - Samakan Frekuensi - Latih - Apresiasi - Evaluasi - Sharing - Tingkatkan lagi, dst.
5. 5. Ibu Nurrita - Serang
Terkait manajemen waktu, saya sudah bikin jadwal. Tpi kadang msh suka acak acakan entah itu karena ssuatu yg mendadak atau lain sebagainya. Bagaimana cara menyikapinya.
Jawab :
Buat glondongan waktu. Misal: 4 s.d 6 Pagi rutinitas domestik. 6-7 grooming time 7-12 anak-anak 12-15 pengembangan diri 15-17 masyarakat 17-20 family forum 20-21 ngobrol dg suami 21-22 perencanaan besok.
Jadi jika ada hal yg mendesak tapi tidak penting, lalu masuk di waktu glondongan yg tidak tepat. Maka... cancel cancel go away.. "Maaf, saya sedang fokus ..... kapan kita bisa atur jadwal untuk ...."
Gimana juga caranya ya biar mnjemen rumah ttp oke, suami dan anak terurus, tpi kita juga bisa ttp maksimal dgn hal2 yg menjdi passion qt. Kadang msh suka merasa kteteran dgn target2 yg sudah di azzamkan, karena kbanyakan mngurus domestik rumah
harus ada pendelegasian tugas dan jadwal bagi seluruh anggota keluarga, jd bukan hanya kita yg "sibuk".
6. Ibu Yuni - Serang
Bagaimana caranya agar bisa menyeimbangkan tugas rumah dan mendidik anak? Kadang, jadwal sudah tersusun, mencuci misalnya tapi anak bayi selalu nempel. Walhasil, jadwal mencuci jadi sangat molor karena harus menemani anak.
Jawab :
6. Kalau Bu Septi menerapkan 7 to 7. Maksudnya fokus pada anak dari pukul 7 pagi sampai 7 malam. Sesudah itu anak dipegang bapaknya. Ibu bisa buat jadwal sendiri sesuaikan dengan kondisi ibu di rumah.
Selain itu jika kondisi pekerjaan rumah masih banyak dan tidak mungkin ditinggalkan, maka ibu bisa libatkan anak. Misal mencuci, anak sudah 2 th ke atas bisa sambil diajak mencuci. Main sikat2an baju dst. Saat ibu memasak, sambil kita mengulek bumbu biarkan anak yg memotong sayuran..ini jadi pembelajaran seru juga buat anak.
Terakhir, libatkan suami. Berbagi tugas dengannya.
7. Ibu Marini - Pandeglang
Bunfasil yang di masuk manager keluarga berarti kita sebagai istri mencari cara untuk dapat tambahan lagi selain dari yang di berikan oleh misua kah, karena yang biasa saya lakukan misal dapat uang trus uang itu di atur sedemikian supaya cukup sebulan, soalnya itu sudah saya lakukan sejak sma.
Jawab :
Bu Marini sepemahaman saya yang dimaksud dengan ibu sebagai manager keluarga bukan berarti "harus" mencari cara untuk dapat tambahan "uang". Tetapi bagaimana ibu bisa produktif pada hal-hal yang positif sehingga menghasilkan sesuatu karena keberhasilan ibu telah meningkatkan kapasitas "diri". Hasilnya bisa berupa karya, kepuasan batin, kebermanfaatan hidup bahkan bisa jadi juga bertambahnya uang. Seperti selogan Iip "be profesional rezeki follow"
8. Ibu Siti Mutoharoh - Serang
● Apa yang harus dilakukan supaya produktif saat menemani anak ke sekolah?
Jawab :
Cek lagi apa yg bisa dan suka. Mugkinkah aktivitas.itu dibawa ketika.menemani.anak sekolah. Hindari ngerumpi yang tidak.penting tentunya.. 😉
● Berarti kalau masih di bawah 5 th masih belum bisa diberi tugas keseharian dirumah ya bun?
Jawab :
Utk balita sifatnya ajakan ya, bukan kewajiban. Jadi ajak sehingga ia gembira melakukannya
9. Ibu Ellyana - Cianjur
Mau tanya tentang Competition dan Cooperation, apakah kita saya sudah benar mendidik anak" dengan cara Competition sedangkan pernah ada yg bilang seharusnya kita tanamkan Cooperation untuk anak kita karena lebih penting katanya sebab setiap orang berbeda pasionnya, mohon pencerahannya terimakasih
Jawab :
Bu Ellyana, yang saya pahami Tidak disarankan mendidik anak dengan Tujuan utk ber Kompetisi dengan keluarga lain. Krn jika keluarga lain lebih berhasil dalam mendidik, maka pasti timbul perasaan iri & merasa gagal, ujung2nya jadi tidak mensyukuri keunikan & potensi keluarga sendiri.
Kalo menanamkan Semangat berkompetisi itu Perlu agar anak selalu bersemangat mencapai target.
Menanamkan Semangat Cooperation/Kerja sama itu juga Penting agar anak2 mampu bekerja sama dengan berbagai macam tipe orang & mampu mensinergikan keunikan2 menjadi proyek/program yg unggul.
10. Ibu Azizah - Azizah Anyer
Yang ingin saya tanyakan:
A. Anak usia berapa sudah bisa didelegasikan tugas?
B. Jika kita sudah memaklumi keadaan rumah yang berantakan krn anak main-mainannya, tp ada pihak lain yg kdg marah krn tdk suka melihat rmh berantakan dlm hal ini ortu, karena saat ini kami tinggal di rmh ortu saya. Bagaimana saya menyikapi ortu saya?
Jawab :
10. A. Bu Azizah pendelegasian tugas pada anak lakukan secara bertahap. Mulai dari usia lima tahun sudah bisa diberi tugas yang sederhana, misal main sama adik (pendelegasian menjaga adik)selama 5 menit. Makin bertambah usianya tambah juga porsinya. Misal anak usia 7th mencuci bajunya sendiri. Kalau saya di rumah anak usia 10th sdh dpt tugas mencuci pakaian semua anggota keluarga 2xseminggu (walau pakai mesin cuci).
B. Maklumi orang tua. Kondisikan anak-anak. Ajak anak bereksplorasi di area2 tertentu saja. Tidak semua area diperbolehkan utk bebas berantakan. Sehingga orang tua tetap nyaman, kreatifitas anak pun tetap tersalurkan.
11. Siti Mutoharoh - Serang
Untuk mendelegasikan tugas rumah kepada anak, baiknya di mulai saat anak usia brp ya? Dan harus di bedakan kah jenis tugasnya antara antara anak laki dan anak perempuan?
Jawab :
Jawaban sama dgn No 10.
Utk keterampilan dasar rumah anak laki-laki dan perempuan sama, tidak dibedakan tugasnya, pembedaan hanya pada pembekalan kewajiban yg berhubungan dgn Fungsi Seksual & Aqil baligh nya sj
12. Ibu Lala
● Bu, apakah wajar jika suami mengambil peran yang sama dalam urusan domestik?
Ikut berpartisipasi juga.
Jawab :
Wajar. Boleh. Teladan kita, Rasulullah pun demikian. Hanya saja perhatikan cara kita meminta tolong dan lihat pula bagaimana kondisi suami.
Tidak ada masalah bu, asalkan suami ikhlas menjalaninya. Jadi contoh juga buat anak2 kita. Tapi kultur kita yg patriarki, yg membedakan tugas laki2 & perempuan sehingga ada anggapan tidak pantas dalam masyarakat kalo laki2 mengerjakan pekerjaan domestik.
Jadikan contoh yg terbaik dalam hidup kita adl Rasulullah.
● Krna sy pernah baca ungkapan bahwa lelaki sejati itu dilihat dr keterampilannya mencari nafkah,bukan mengurus urusan RT
Jawab :
Sependek pemahaman saya tidak demikian. Cukuplah Rasulullah sebagai suri tauladan.
13. Ibu Anis - Serang
Bagaimana jika kita ingin melatih kemandirian anak spy bs meringankan tugas domestik kita? Contoh bisa mandi sendiri, makan sendiri, dll. Tp apakah ada batasan untuk melatih kemandirian anak tsb? Khawatir sikap perfeksionis ortu menjadi beban buat anak2.
#Mksdnya batasan jumlah list mandiri dlm range usia.
Jawab :
Lihat lampiran gambar chores for kids.
14. Ibu Yuni - Serang
Gimana dgn pemahaman yg ngetren skrg, bahwa mengerjakan tugas2 RT itu tugasnya suami. Karena kewajiban suami adalah menyediakan makanan dan pakaian serta tmpat tinggal yg layak. Makanan, tentu sudah matang. Pakaian, tentu yg bersih dong. Tmpt tinggal, juga rapi dan bersih.
Laah sy heran dgn pendapat ini trus tugas kita apa dong?
Jawab :
Suami istri itu sejatinya haruslah saling memulyakankan dan saling membantu. Bukan saling membebani tanpa empati.
Jadi, jika suami istri sudah berada pada core value saling memulyakan maka artinya istri tidak mungkin ingin membebaninya lagi dengan seabreg pekerjaan rumah tangga. Sebaliknya suami dengan sendirinya ingin membantu..dalam Alquran disebutkan fastabiqul khairat. berlomba dalam kebaikan. Ini sangat cocol diterapkan juga dalam rumah tangga. Suami istri jadi partner..bukan hubungan seperti bos dan bawahan
Maaf, kalo sy pribadi kurang cocok dengan pendapat sperti itu. Pasti ada kebanggaan tersendiri jika bisa memasak makanan yg disukai suami & anak2. Pasti timbul rasa kasihan & ingin membahagiakan suami, saat tahu diluar rumah ia bekerja keras mencari nafkah. Ingin nya saat suami pulang rumah sudah rapi, kita n anak sdh rapi n wangi. Menyiapkan makanan yg dia sukai. Rasa itu nggak akan tertukar oleh apapun.
*IBU MANAJER KELUARGA HANDAL*
_Matrikulasi Ibu Profesional Sesi #6_
*Motivasi Bekerja Ibu*
Ibu rumah tangga adalah sebutan yang biasa kita dengar untuk ibu yang bekerja di ranah domestik. Sedangkan Ibu Bekerja adalah sebutan untuk ibu yang bekerja di ranah publik. Maka melihat definisi di atas, sejatinya semua ibu adalah *_ibu bekerja_* yang wajib professional menjalankan aktivitas di kedua ranah tersebut, baik domestik maupun publik.
Apapun ranah bekerja yang ibu pilih, memerlukan satu syarat yang sama, yaitu
*_kita harus “SELESAI” dengan management rumah tangga kita_*
Kita harus merasakan rumah kita itu lebih nyaman dibandingkan aktivitas dimanapun. Sehingga anda yang memilih sebagai ibu yang bekerja di ranah domestik, akan lebih professional mengerjakan pekerjaan di rumah bersama anak-anak. Anda yang Ibu Bekerja di ranah publik, tidak akan menjadikan bekerja di publik itu sebagai pelarian ketidakmampuan kita di ranah domestik.
Mari kita tanyakan pada diri sendiri, apakah motivasi kita bekerja ?
🍀Apakah masih *ASAL KERJA*, menggugurkan kewajiban saja?
🍀Apakah didasari sebuah *KOMPETISI* sehingga selalu ingin bersaing dengan orang/ keluarga lain?
🍀Apakah karena *PANGGILAN HATI* sehingga anda merasa ini bagian dari peran anda sebagai Khalifah?
Dasar motivasi tersebut akan sangat menentukan action kita dalam menangani urusan rumah tangga dan pekerjaan kita
.
🍀Kalau anda masih “ASAL KERJA” maka yang terjadi akan mengalami tingkat kejenuhan yang tinggi, anda menganggap pekerjaan ini sebagai beban, dan ingin segera lari dari kenyataan.
🍀Kalau anda didasari “KOMPETISI”, maka yang terjadi anda stress, tidak suka melihat keluarga lain sukses
🍀Kalau anda bekerja karena “PANGGILAN HATI” , maka yang terjadi anda sangat bergairah menjalankan tahap demi tahap pekerjaan yang ada. Setiap kali selesai satu tugas, akan mencari tugas berikutnya, tanpa _MENGELUH_.
*Ibu Manajer Keluarga*
Peran Ibu sejatinya adalah seorang manager keluarga, maka masukkan dulu di pikiran kita
*_Saya Manager Keluarga_*
kemudian bersikaplah, berpikirlah selayaknya seorang manager.
🍀Hargai diri anda sebagai manager keluarga, pakailah pakaian yang layak (rapi dan chic) saat menjalankan aktivitas anda sebagai manager keluarga.
🍀Rencanakan segala aktivitas yang akan anda kejakan baik di rumah maupun di ranah publik, patuhi
🍀Buatlah skala prioritas
🍀Bangun Komitmen dan konsistensi anda dalam menjalankannya.
*Menangani Kompleksitas Tantangan*
Semua ibu, pasti akan mengalami kompleksitas tantangan, baik di rumah maupun di tempat kerja/organisasi, maka ada beberapa hal yang perlu kita praktekkan yaitu :
*_a. PUT FIRST THINGS FIRST_*
Letakkan sesuatu yang utama menjadi yang pertama. Kalau buat kita yang utama dan pertama tentulah anak dan suami. - Buatlah perencanaan sesuai skala prioritas anda hari ini - aktifkan fitur gadget anda sebagai organizer dan reminder kegiatan kita.
*_b.ONE BITE AT A TIME_*
Apakah itu one bite at a time?
-Lakukan setahap demi setahap -Lakukan sekarang -Pantang menunda dan menumpuk pekerjaan
*_c. DELEGATING_*
Delegasikan tugas, yang bisa didelegasikan, entah itu ke anak-anak yang lebih besar atau ke asisten rumah tangga kita.
*_ Ingat anda adalah manager, bukan menyerahkan begitu saja tugas anda ke orang lain, tapi anda buat panduannya, anda latih, dan biarkan orang lain patuh pada aturan anda_*
_Latih-percayakan-kerjakan-ditingkatkan-latihlagi-percayakan lagi-ditingkatkan lagi begitu seterusnya_
Karena pendidikan anak adalah dasar utama aktivitas seorang ibu, maka kalau anda memiliki pilihan untuk urusan delegasi pekerjaan ibu ini, usahakan pilihan untuk mendelegasikan pendidikan anak ke orang lain adalah pilihan paling akhir.
*Perkembangan Peran*
Kadang ada pertanyaan, sudah berapa lama jadi ibu? Kalau sudah melewati 10.000 jam terbang seharusnya kita sudah menjadi seorang ahli di bidang manajemen kerumahtanggaan. Tetapi mengapa tidak? Karena selama ini kita masih
*_SEKEDAR MENJADI IBU_*
Ada beberapa hal yang bisa bunda lakukan ketika ingin meningkatkan kualitas bunda agar tidak sekedar menjadi ibu lagi, antara lain:
🍀Mungkin saat ini kita adalah kasir keluarga, setiap suami gajian, terima uang, mencatat pengeluaran, dan pusing kalau uang sudah habis, tapi gajian bulan berikutnya masih panjang.
Maka tingkatkan ilmu di bidang perencanaan keuangan, sehingga sekarang bisa menjadi “managjer keuangan keluarga.
🍀Mungkin kita adalah seorang koki keluarga, tugasnya memasak keperluan makan keluarga. Dan masih sekedar menggugurkan kewajiban saja. Bahwa ibu itu ya sudah seharusnya masak.Sudah itu saja, hal ini membuat kita jenuh di dapur.
Mari kita cari ilmu tentang manajer gizi keluarga, dan terjadilah perubahan peran.
🍀Saat anak-anak memasuki dunia sekolah, mungkin kita adalah tukang antar jemput anak sekolah. Hal ini membuat kita tidak bertambah pintar di urusan pendidikan anak, karena ternyata aktivitas rutinnya justru banyak ngobrol tidak jelas sesama ibu –ibu yang seprofesi antar jemput anak sekolah.
Mari kita cari ilmu tentang pendidikan anak, sehingga meningkatkan peran saya menjadi “manajer pendidikan anak”.
Anak-anakpun semakin bahagia karena mereka bisa memilih berbagai jalur pendidikan tidak harus selalu di jalur formal.
🍀Cari peran apalagi, tingkatkan lagi…..dst
Jangan sampai kita terbelenggu dengan rutinitas baik di ranah publik maupun di ranah domestik, sehingga kita sampai lupa untuk meningkatkan kompetensi kita dari tahun ke tahun.
Akhirnya yang muncul adalah kita melakukan pengulangan aktivitas dari hari ke hari tanpa ada peningkatan kompetensi. Meskipun anda sudah menjalankan peran selama 10.000 jam lebih, tidak akan ada perubahan karena kita selalu mengulang hal-hal yang sama dari hari ke hari dan tahun ke tahun.
Hanya ada satu kata
*BERUBAH atau KALAH*
Salam Ibu Profesional,
/Tim Matrikulasi IIP/
_SUMBER BACAAN_:
_Institut Ibu Profesional, Bunda Cekatan, sebuah antologi perkuliahan IIP, 2015_
_Hasil diskusi Nice Homework Matrikulasi IIP Batch #1, 2016_
_Irawati Istadi, Bunda Manajer Keluarga, halaman featuring, Success Mom's Story: Zainab Yusuf As'ari, Amelia Naim, Septi Peni, Astri Ivo, Ratih Sanggarwati, Okky Asokawati,Fifi Aleyda Yahya, Oke Hatta Rajasa, Yoyoh Yusroh, Jackie Ambadar, Saraswati Chasanah, Oma Ary Ginanjar, Pustaka Inti, 2009_
Resume Review NHW #5
Senin, 21 November 2016
Pkl. 19.51 - 22.07
Fasilitator : Ibu Maria Ulfah, Ibu Rizqie F. Jurnaliska, Ibu Dzikra I ‘Ulya
•••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••
1. Ibu Asti - Rangkasbitung
A. Apa batasan yang boleh dilakukan dan tidak boleh dilakukan oleh anak, krn kita sering khawatir anak sakit, bahaya. Namun tetap menjadikan anak bebas beraktivitas.
B. Saya amati anak saya suka melirik seperti ketakutan setiap melakukan sesuatu yang sering saya larang (misalnya main komputer lebih dr 30 menit). Apakah ada komunikasi yang salah?
Jawab :
1. A. Kekhawatiran ibu selalu ada karena fitrah ibu adalah selalu ingin melindungi. Itu wajar selama tidak berlebihan. Patokannya, khawatirlah secara wajar dan rasional. Jika anak sehat, sudah makan, lalu ingin bermain hujan-hujanan ya tidak masalah, hujan-hujanannya masih rasional. Tdk usah terlalu dikhawatirkan sakit dst. Kecuali jika anak sedang sakit, terlihat lemas dst maka tidak masuk akal jika ibu membiarkannya hujan-hujanan. Begitu juga misalnya ttg makan. Jika anak tidak mau makan sekali saja kita panik khawatir anak sakit, ini tidak rasional. Nanti pasti ada waktunya anak lapar. Asal kondisinya sehat, kita tidak perlu terlalu khawatir. Biarkan anak beraktivitas dengan leluasa. Dengan catatan kita jangan malas untuk mengawasi. Naik2 tangga utk anak umur 2 th itu baik, asal kita ikuti, awasi, pegangi. Belajar memotong2 sayuran dengan pisau utk anak umur 4th itu baik, asal tuntun dan awasi. Pegang tangannya, ajarkan cara aman menggunakan pisau, dan ajarkan pula problem solving jika terkena pisau, hrs pakai obat apa, bagaimana pakainya, dimana obat itu disimpan dst. So dampingi anak ya.
B. Ada aturan itu penting. namun jika respon yang ia berikan adalah ketakutan, maka perbaiki cara komunikasinya. Selain itu, tunjukkan sikap dengan dimatikan tv ibu bermain lbh asyik dengannya. Jadi anak lbh tertarik dengan ibunya daripada dengan tv.
2. Ibu Sofi - Garut
Ketika proses perjalan kita dalam menjalani road map, kemungkinan kn kita akan mengalami kebosanan atau naik turunnya motivasi. Atau bahkan merasa bukan passion kita lagi misalnya.
Nah bagaimana caranya kita menetukan apakah kita harus exit procedure atau struggle dg apa yg telah dimulai sebelumnya?
3. Ibu Eneng - Serang
Mohon dijelaskan gambaran tentang *roadmap keluarga* (harus dibuat seberapa rinci kah ?), *support system* (bagaimana memaksimalkannya?), dan *exit procedure* (bagaimana prosedur efektif yg harus dijalankan apabila di tengah perjalanan kita mengalami hal tersebut?)
Jawaban no. 2 dan 3 :
Roadmap keluarga, minimal dibuat setahun sekali. Mendetail itu bagus. Tapi utamanya adalah seluruh anggota keluarga turut mendokumentasikan dan merencanakan roadmap bersama.
Mendetail itu bagus, tapi fokuskan pada sesuatu yang inside out dan didukung oleh anggota keluarga. Keluarga Saya baru mulai merancang roadmap tahun 2015. Fokus 2015 adalah kemandirian belajar si sulung. Fokus 2016 adalah meningkatkan tindakan/aktivitas penuh kasih sayang dan rasa syukur. 2017 adalah FamilyPreneur.
Support system, memaksimalkan yang terjangkau dan bisa "diandalkan". Bagi Saya, support system Homeschooling anak2 adalah Kegiatan dan komunitas HS. Support system saya sebagai Ibu adalah IIP, support system passion saya adalah kegiatan bersama pelukis profesional, support system spiritual saya adalah kulwap dari ustadzah dan pengajian bulanan. Dst...
Exit procedure, Selesaikan sampai level terdekat, tuntaskan semua amanah, bila amanah tersebut memerlukan pengganti, maka harus diinformasikan jauh-jauh hari seraya kita ikhtiar mencari pengganti. Evaluasi lagi, apa dg berhentinya akan jadi lebih baik atau tidak.
4. Ibu Sri - Majalengka
● Dari penjelasan ttg support system, sy ingin tanya, kira2 adakah batasan maksimal support system yg harus ada utk mendukung road map kita...?
Jawab :
Nggak ada batasan bu Sri
Support system bisa juga tidak hanya suami & anak2, tapi bisa keluarga besar(ortu & mertua, ipar2), dll
● Bunda fasil, sepertinya utk road map ini benar2 keluarga sbg team, ya... bisa tolong dikasih tip dong, utk memfasilitasi keluarga menjadi team yg kompak…
Jawab :
Bisa dibilang seperti itu.
Jelasnya, Exit Procedure adl proses/prosedure berhenti, sebelum berganti ke aktivitas yg lain.
Terkadang bu, bapak2 ada yg tidak terlalu suka atau fokus pada hal2 yg detail. Maka itu bagian kerjaan kita ibu2.
Tanyalah/diskusi/ngobrol dulu bersama suami sbg imam keluarga, maunya apa target tahun ini? Apa prioritas kebutuhan keluarga kita?
Setelah itu ngobrol dengan anak2, apa keinginan & kebutuhan mereka?
Setelah itu semua dilakukan, ibu bisa menuliskannya sbg rancangan road map.
Rancangan yg sdh dibuat, diskusikan lagi dengan suami & anak agar dikoreksi jika ada yg kurang atau tidak cocok.
Setelah itu baru benar2 dibuat Road map yg sesuai & siap dijalankan oleh semua anggota keluarga.
Intinya komunikasi
5. Ibu Lusi - Pandeglang
● Exit procedure itu terkait hal apa yang ingin kita tahu dan gali atau terkait langkah2 yang dilakukan untuk mencapainya?
Jawab :
Exit procedure itu Terjadi Jika ditengah jalan kita melangkah utk mencapai target/tujuan yg telah dibuat diawal, kemudian kita sadari bahwa "Oh kayaknya sy nggak cocok deh menekuni bidang ini"
Padahal sdh membuat road map pembelajaran & dituangkan dalam Milestone juga.
Maka lakukanlah Exit procedure, Selesaikanlah tahapan2 belajar yg sudah dibuat sampai selesai atau sampai tahap tertentu, (walaupun mungkin hasilnya kurang maksimal)
Agar kita mendapatkan manfaat dari proses pembelajarannya.
Barulah beralih pada apa yg benar2 menjadi Passion & target kehidupan kita.
● Setiap rencana yang kita susun dalam road map, selalu dibarengi dengan exit procedurenya bu?
Jawab :
Exit procedure terjadi jika ditengah jalan, ternyata program/kegiatan yg kita lakukan ternyata nggak sesuai dengan passion & harapan diri kita.
Kalo program yg kita buat sudah sesuai dengan passion atau keinginan kita, maka Tidak Diperlukan exit procedure
_NICE HOMEWORK #5_
_MATRIKULASI INSTITUT IBU PROFESIONAL BATCH #2_
📝 *BELAJAR BAGAIMANA CARANYA BELAJAR*📝 (Learning How to Learn)
Setelah malam ini kita mempelajari tentang “Learning How to Learn” maka kali ini kita akan praktek membuat *Design Pembelajaran* ala kita.
Saya tidak akan memandu banyak, mulailah mempraktekkan "learning how to learn" dalam membuat NHW #5.
Munculkan rasa ingin tahu bunda semua tentang apa itu design pembelajaran.
Bukan hasil sempurna yg kami harapkan, melainkan "proses" anda dalam mengerjakan NHW #5 ini yg perlu anda share kan ke teman-teman yg lain.
Selamat Berpikir, dan selamat menemukan hal baru dari proses belajar anda di NHW #5 ini.
Salam Ibu Profesional,
/Tim Matrikulasi IIP/
Resume Diskusi
Matrikulasi Ibu Profesional Sesi #5
BELAJAR BAGAIMANA CARANYA BELAJAR
Tanggal : 15 Nopember 2016
Waktu : Pkl. 19.30 - 20.45 WIB
•••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••
1.Ibu Yuyun - Serang
A. Anak sulung saya perempuan, senang dengan membaca cerpen atau buku KKPK usianya 9 tahun harapan saya agar dia bs lbh terarah, saya memasukan dia ke kelas menulis setiap hari ahad, apakah sikap saya tersebut terlampau memaksa atau terlalu dini?
Saya merasa tdk mumpuni mengajarkan dunia tulis menulis jd saya ikutkan kls tersebut dgn ahlinya,
B. Saya selalu menyampaikan dr sekarang , ke anak perempuan yg ke 1 usia 9 tahun yang ke 2, 7 tahun tentang profesi yg sebaiknya di pilih oleh anak perempuan yg sesuai dgn kodrat dan fitrahnya, apakah sikap saya tsb membatasinya atau gimana sebaiknya, krn sy tdk ingin kelak apa yg ia pelajari tdk di amalkan ketika berumah tangga atau masa depannya,
Sehingga saya membatasi seperti ini,
Wajib:
hafal quran,
menguasa bahasa arab dan inggris
keterampilan perempuan
Untuk pilihannya saya menekankan yg sesuai dgn kodrat dan fitrah perempuan, dan bs maksimalkan waktu dgn anak anakny nanti
Apakah cara saya tsb terlalu dini atau tdk tepat?
Mhn masukan dan koreksinya
Syukron🙏🙏
Jawab :
A. Bu Yuyun, jika Ananda sudah terlihat senang membaca buku dan senang juga menulis, maka cara ibu memasukkan ke kelas menulis sudah tepat. Tinggal ditemani saja prosesnya. Banyak dipertemukan dengan penulis-penulis dst.
B. Tepat sekali Bu Yuyun, tanamkan dalam pikiran Putri ibu dari sekarang profesi2 yg cocok untuknya kelak yang tidak membuat ia terlalu banyak meninggalkan keluarga dan anak2. Sehingga ia bisa maksimal mendidik anak2nya kelak. Fitrahnya ibu memang berperan dominan di ranah domestik KECUALI jika kehidupan 'mengharuskannya' berperan juga di ranah publik. Tapi kita sudah menanamkan jauh2 hari bahwa baginya anak dan keluarga adalah amanah utama.
2.Ibu Nurrita Dewi - Serang
A. Saya masih bingung tentang membuat kurikulum unik untuk anak, mohon penjelasannya
B. Contoh mengembangkan struktur berpikir itu kayak gimana ya
C. Untuk anak usia 0-8 tahun gimana caranya mengetahui apa yang mereka minati karena sepertinya masih berubah-rubah
Jawab :
A. Kuncinya ada di 3 tahap Bu Nurrita; banyak mengamati, banyak terlibat dan banyak melihat dan mendengarkan anak.
Jika ketiga hal tadi sudah dijalani insya Allah ketemu kurikulum unik in side out anak. Anak sebagai pembelajarnya dan kita menjadi fasilitatornya. Memfasilitasi keingintahuan anak. Memfasilitasi rasa penasaran anak.
B. Contoh mengembangkan struktur berpikir anak: saat di jalan bertemu poster rokok. Jika anak tidak bertanya saya yg membuka pertanyaan. Wah ada gambar besar sekali. Rokok! Aa tau ga rokok? (What) lalu dijawab. Kalai sudah besar aa mau merokok? Kenapa? (Why), rokok bahaya memangnya dibikin dari apa sih?(how)...dan seterusnya Bu. Dari pertanyaan2 ini struktur berpikir (akal) anak sangat dilatih untuk kritis. Bukan hanya menerima apa yg ia dengar. Yang kelak rentan menjadikan ia hanya pengekor saja. Bukan orang yang bertindak secara pertimbangan akal yang matang.
C. Perbanyak jalan2 Bu. Ajak bertemu dengan ragam aktivitas dan profesi plus orang yg bahagia dengan profesinya. Sehingga anak punya banyak referensi untuk hidupnya kelak.
3. Ibu Deasy M - Serang
saya lagi kebingungan dg anak pertama saya...dulu saya tahu dia suka sekali menggambar dan mewarnai...dua tahun sebelum dia smp dia senang menulis...cuman dulu saya kurang "ngeh" dg suka menulisnya ini ketika sekarang di pesantren saya banyak nemu file buku hasil karyanya si kakak (laki-laki usia 13 th) yg menurut saya "layak terbit" (muji anak sendiri) tapi sekarang masalaahnya saya komunikasi seminggu sekali dg si kakak...dia banyak diam...saya bingung bgmn cara memancing dia bercerita......
Jawab :
3. Ibu Deasy M - Serang
saya lagi kebingungan dg anak pertama saya...dulu saya tahu dia suka sekali menggambar dan mewarnai...dua tahun sebelum dia smp dia senang menulis...cuman dulu saya kurang "ngeh" dg suka menulisnya ini ketika sekarang di pesantren saya banyak nemu file buku hasil karyanya si kakak (laki-laki usia 13 th) yg menurut saya "layak terbit" (muji anak sendiri) tapi sekarang masalaahnya saya komunikasi seminggu sekali dg si kakak...dia banyak diam...saya bingung bgmn cara memancing dia bercerita......
* Jawab: Bu Deasy mohon maaf sblmnya, smoga bu deasy berkenan menerima saran sy.
Tolong bu deasy minta maaf setulusnya pada ananda krn byk kekurangan sbg ibu, belum bisa melihat kelebihan & bakat2nya. Beritahu dia bahwa belajarnya ananda di pesantren bukanlah upaya membuangnya dari rumah & segala kenyamanannya, tapi utk kebaikan & masa depannya kelak.
Utk masalah bakat, umur 7 sd 15 tahun adl masa emas penggalian bakat, dengan cara Tour the talent & belajar pada maestro.
Saat liburan, rancang kegiatan tour the talent & belajar pada maestro menulis. Insya Allah di Serang ini ada maestro menulis.
Oh iya, dipesantren biasanya ada ekskul menulis & klub majalah/buletin pesantren, sarankan ananda utk bergabung & seringlah berkomunikasi dgn pengelola pesantren akan bakat ananda.
4. Ibu Siti Mutoharoh - Serang
A.Berdampak buruk kah jika anak sering di beri uang dalam jumlah lumayan besar oleh nenek/kakeknya di usia balita? Saya pernah larang agar anak saya ga ambil, tapi ortu saya sepertinya tersinggung. Baiknya bagaimana ya?
B.Yang pernah saya baca dari artikel2 pengasuhan anak, yang demikian nantinya akan membiasakan anak dengan mudah menerima "suap" saat besar nanti, benarkan dampaknya seperti itu?
Jawab :
Tentang uang, yang pernah saya dapatkan dari pelatihan parenting, sebaiknya anak baru diberi uang saku (bukan uang jajan) pada usia 7 th ke atas. Di bawah 7th tidak diberikan fisik uangnya. Jadi kalau mau jajan kita yg membelikan apa yg ia butuhkan/inginkan itu. Tidak sendirian ke warung dengan membelanjakan sendiri uangnya. Hal ini dikarenakan anak di bawah 7th ke bawah otaknya masih abstrak, yang menjadi pertimbangan hanya senang-tdk senang, bukan pertimbangan baik-tidak baik, perlu-tidak perlu. Sehingga jika anak sudah ketagihan uang dari usia 7th ke bawah akan membuatnya tergoda mengambil uang yang tergeletak di mana saja, entah milik siapa saja. Bagaimana jika diberi oleh nenek/kakeknya? Beri pengertian pd anak bahwa uang tersebut uang anak tetapi dipegang dan dibelikan bersama ibu.
5. Ibu Anis-Garut
Bagaimana mengetahui gaya belajar batita yg baru menginjak 25bln?
Kebanyakan anak usia ini sedang masanya bergerak aktif, apakah bisa dikatakan gaya belajar tsb adalah kinestetik? Atau gaya belajar itu bisa dibentuk dari stimulus yg kita berikan?
Lalu stimulus apa yang tepat untuk mengetahui gaya belajar yang lain (visual dan audio)? Sebenarnya penyesuaian gaya belajar anak bisa diketahui dari usia brp?
(Karena ketika kita sudah tau gaya belajar anak, maka kita bisa menentukan metode yang cocok lebih mudah 😄)
Jawab :
Bu Anis, sebelum usia 7 tahun biasanya gaya belajar yg dominan pada anak cenderung pada auditory & kinestetik. Apa sebabnya? Krn otak mereka belum bersambungan & masih ditahap pre operasional kompleks, pengetahuan yg direspon oleh otak adalah dgn cara hafalan & gerakan. Utk menghafal, yg dibutuhkan adl suara/auditory.
Maka cara belajar yg paling tepat utk anak 25 bln adl membacakan cerita, memperdengarkan suara dlm bentuk murottal atau yg lain2, menyanyikan lagu & beraktivitas diluar dgn permainan2 fisik.
Seiring dgn bertambahnya usia, otak sdh bersambungan, berkembangnya kemampuan membaca, biasanya gaya belajar yg dominan muncul adl visual, meskipun gaya belajar lain masih berperan.
6. Ibu Tyas - Serang
Di umur berapa anak bisa diketahui minatnya? Cita-citanya dan passionnya?
Jawab :
Jika anak sdh melalui proses penggalian fitrah bakat dengan benar, biasanya umur 15 tahun anak sudah mantap dgn Passion nya. Kedepan mau concern dibidang apa, mau usaha apa, mau berkiprah & unggul dibidang apa.
Tentu saja sejak kecil fitrah belajarnya terfasilitasi & intelectual curtiosity nya dikembangkan.
Tapi jika sejak kecil fitarah belajarnya dihambat, intelektual curriosity nya dimatikan, fitrah bakatnya tidak difasilitasi maka akan ditemukan orang2 dewasa yg galau mau apa, mau jadi apa, tidak punya peran apapun dimasyarakat, tidak mandiri secara finansial bahkan tergantung pada orang tua, naudzubillahi mindzalik.
Smoga kita mjd ortu yg sholeh yg mampu mendidik & membersamai anak2 kita dan tidak menghambat fitrah2 n potensi mereka. Aamiin
7. Ibu Uun - Kuningan
Anak perempuan sy(5th)
Suka bgt niru tmn ny entah tu hal yg baik taupun buruk,dia jg suka bgt maen misal seneng ma tmn yg A,maen ny ma yg A aja ga mau ma yg laen,klu ma tmn ny tu ampe seharian,lupa makan,mandi dan ga mau pulang,gmn ya solusinya?
Jawab :
Bu Uun anak usia 5th memang sedang masanya modeling (meniru). Pak Dodik pernah mengatakan, anak mungkin salah memahami ucapan orang tua tetapi tidak pernah salah meniru. Pun meniru lingkungannya. otaknya masih abstrak sehingga pertimbangannya bukan baik-tidak baik, melainkan senang-tidak senang. Jadi installing program otak anak ada di orang tua, baik pembiasaan hal-hal yang baik maupun peraturan2 dalam keluarga. Misal, teman-temannya berkata kasar/jorok, tanamkan identitas pada diri anak bahwa kelurga ibu tidak mengatakan perkataan yang kasar/jorok.
Atau tentang main seharian sama teman, sampaikan pada anak bahwa ada aturan keluarga. Misal boleh main jam sekian sampai sekian, tidak di dalam kamar teman, dst. Utk anak usia 5th bisa disampaikan melalui media dongeng dan hal2 yg menyenangkan lainnya. Temani anak saat main bersama temannya.
Pernah coba main petak umpet bersama anak beserta seluruh teman2 anak? Semuanya usia 5th nan dan hanya saya sendiri yang orang dewasa. Saya suka melakukannya dengan anak2. Hasilnya? Tetangga bengong. Mungkin seperti kurang kerjaan ibu2 main petak umpet sama anak2 komplek. Tetapi hasilnya luar biasa; berkeringat bersama, tertawa bersama, selonjoran kaki bersama. Ini yang dinamakan waktu "bersama" anak. Bukan hanya waktu "dengan" anak
8. Ibu Amel - Serang
Bagaimana cara kita mengetahui passion anak jika kita sudah menenelusuri pengamatan dan terlibat tp kita msh ragu sbgi orang tua, apakah diarahkan atau dibiarkan mengalir dulu...?
sejak usia brp kita mengajarkan kecerdasan finansial ke anak kita?
Jawab :
Bu Amel, sperti jawaban no 3 diatas. Masa emas penelusuran fitrah bakat umur 7 sd 15 tahun. Kalau menurut sy, didampingi, diarahkan & difasilitasi semampu kita. Yg dicontohkan bu septi dlm mengembangkan fitrah bakat anak2nya adl menemani & memfasilitasi sebaik2nya dgn tour the talent & belajar pada maestro.
Mengajarkan kecerdasan finansial pada anak, kalo di buku bunda sayang sejak umur 8 tahun.
Tapi membiasakan hidup hemat, cermat dlm membelanjakan uang & hidup sederhana, menghargai nilai uang, bekerja keras utk mendapatkan uang & barang/jasa yg dibutuhkan oleh anak, itu diajarkan sejak dini (umur 3 atau 4 tahunan).
Kecerdasan finansial meliputi perencanaan keuangan, pencatatan, pelaporan, mengelola uang n sumber daya serta menghasilkan uang.
9. Ibu Vina - Serang
Sya kebetulan kan sdng merancang hs bagi anak sy...dan sejauh ini sy merancang kurikulum anak tidak sesuai dngn kurikulum diknas...sy buat kurikulum yg anak sy butuhkan...lantas sy menjadi galau saat dihadapkan pada saat anak sy akan mengikuti ujian paket misalnya krn ujian paket brdasarkn kurikulum yg diknas buat..langkah apa yg sebaikny sy lakukan?
Jawab :
Bu vina, terus terang sy bukan Home schooler. Sy akan coba jawab semampu sy ya.
Utk masalah kurrikulum:
1. Buatlah kurrikulum scr personal khusus sesuai kebutuhan & keunikan anak.
2. Ikut & berkolaborasi dgn komunitas HS dlm hal sharing pengetahuan & sinergi pembelajaran
3. Sy sarankan gabung dgn grup di FB Sabumi Home schooling muslim, sebulan sekali biasanya dishare kurikulum utk HS
Menurut sy, bu vina jangan galau dgn masalah ujian penyetaraan fokus sj dgn kurikulum yg dibuat oleh bu vina & komunitas HS. Jalani dgn senang supaya anak mampu mengaktualkan potensinya.
Bu Vina, terus terang saya juga bukan yang meng HS kan anak. Tetapi saya pernah ngobrol dengan yang meng HS kan anaknya bahwa dalam keseharian yang dipakai tetap kurikulum mrk sendiri. Hanya saja jika anak ingin penyetaraan (baik ikut penyetaraan dari dinas maupun dari luar negri) anaknya belajar mata pelajaran yg akan diujiankan saja, bbrp bulan sebelum waktu ujian. Jika anak memilih untuk tidak ikut penyetaraan ya hanya belajar sesuai kurikulum mrk saja.