Blogger templates

Menulis Untuk Peradaban

Blogger news

Blogroll

About

Blog Archive

Diberdayakan oleh Blogger.

Text Widget

About me

Ibu Rumah Tangga, Dosen, Pebisnis online, Blogger, Konsultan IndScript dan Anggota Institut Ibu profesional

Pages

Flickr Images

BTemplates.com

Jumat, 31 Maret 2017


Hari ini saya sengaja menyempatkan waktu untuk mengunjungi rumah orang tua saya. Selain menengok Bapak yang sedang sakit, saya pun ada akan merampungkan projek yang akan dikerjakan dengan adik saya. Projek membuat label untuk usaha camilan yang sedang dirintis oleh adik dan Ibu saya.

Kamis, 30 Maret 2017

Hari ini adalah hari ketiga untuk tantangan level 3 tentang tema #MyFamillyMyTeam. Projek hari ketiga ini adalah projek lanjutan dari hari kedua. Dan merupakan bagian dari projek turun lapang mahasiswa saya. Meskipun dalam tema menyebutkan tema keluarga tapi untuk tantangan level 3 ini saya melibatkan mahasiswa, Karena mereka pun sudah bagian dari pada keluarga saya.

Projek dari hari ketiga ini yaitu membuat Lembar Persiapan Menyuluh (LPM). Projek ini masih dikerjakan oelh kelompok, jumlah kelompok dan anggotanya masih sama seperti projek membuat sionopsis materi penyuluhan. Dan tema dari LPM pun masih sama dengan tema yang ditulis dalam synopsis.

Materi yang telah dipilih untuk disampaikan kepada sasaran selanjutnya disusun dalam Lembar Persiapan Menyuluh (LPM). Penyusunan LPM dimaksudkan untuk memudahkan Penyuluh menyampaikan materi penyuluhannya, karena di dalam LPM dicantumkan hal-hal yang akan digunakan dan disampaikan kepada sasaran terkait dengan materi penyuluhan. Berikut adalah contoh format LPM.

 Contoh Format Lembar Persiapan Menyuluh (LPM)

Dalam projek ini mahasiswa berlatih seolah-olah menjadi seorang penyuluh pertanian. Dengan pengerjaan projek ini diharapkan mahasiswa memiliki pengetahuan serta keberanian untuk menyiapkan materi apa saja dan dengan cara seperti apa materi tersbut bisa disampaikan kepada sasaran penyuluhan.

#Tantanganhari3
#Level3
#MyFamilyMyTeam
#KuliahBunsayIIP



Rabu, 29 Maret 2017

Rencananya hari kedua akan membuat artikel untuk diposting ke Emakpintar.asia, akan tetapi ternyata ada kendala. Jadinya saya mencoba untuk membuat projek dengan mahasiswa saya, projek besar tersebut dinamakan projek "turun lapang" untuk melakukan observasi di lapangan tentang penyuluhan pertanian. Projek ini sebenarnya sekaligus menjadi tugas mahasiswa saya. 

Senin, 27 Maret 2017


 Tidak ada kebahagiaan bagi seorang Ibu, selain ia bisa menjadi Ibu yang baik dan sholiha bagi anak-anaknya. Bisa mendidik anak-anaknya dengan baik, hingga ia tumbuh dewasa dan menjadi kebanggan bagi ayah bundanya serta bisa membawa manfaat bagi ummat.
Namun, bagaimana jika sang buah hati belum juga hadir? Padahal usia pernikahan kami sudah mau menginjak 3 tahun. Belum lama memang jika dibandingkan dengan pasangan lain yang menunggu hadirnya sang buah hati lebih dari 3 tahun, bahkan sampai belasan tahuan atau mungkin puluhan tahun. Tapi, saya pun seorang manusia biasa, perempuan biasa, yang mempunyai perasaan. Terkadang pernah merasakan kerapuhan juga, saya merasa belum sempurna jika saya belum menjadi seorang ibu. Terkadang rasa iri menggelayuti hati ini, melihat teman-teman yang begitu mudahnya Allah kasih amanah. Rasa bangga melihat teman-teman yang sukses mendidik anaknya dengan baik atau rasa marah ketika membaca berita ada bayi yang dengan teganya dibuang oleh ibunya, atau mungkin perasaan sebal ketika ada orang yang mengeluh “mabok” karena ngidam Saya ingin berbisik “heyy bunda, diluar sana banyak perempuan yang sedang ingin di posisis bunda, ingin merasakan bagaimana nikmatnya ketika tertatih-tatih dalam kondisi ngidam”.
Tapi, saya beruntung ada suami yang senantiasa menerima saya apa adanya, selalu menguatkan ketika diri ini terpuruk dan mulai khilaf. Selalu mengingatkan bahwa kita harus yakin kepada Allah bahwa Allah akan memberikannya dalam waktu yang tepat. Kita sebagai hamba Nya hanya bisa berikhtiar dan berdoa maksimal. Itu saja.
“Sepertinya bunda harus ada kegiatan yang rutin dikerjakan, sehingga bunda tidak kepikiran terus dengan hal tersebut” itu pembuka diskusi kami sore hari. Ya memang, sekarang saya sedikit free, tidak terlalu padat jadwal ngajar di kampus, di Universitas Majelngka saya hanya ngajar hari senin dan jumat. Sementara di Unsika Karawang, saya ngajar hari selasa dan rabu dan kamis. Dan itu pun baru dimulai setelah Ujian Tengah Semester (UTS) karena team teaching.
“Ya..Yah, sepertinya bunda harus punya kegiatan yang bisa dilakukan secara konsisten, kira-kira apa ya Yah?” pertanyaan saya dengan mata yang mulai berbinar. Ayah dengan sabar menjawab, “Hmm…Bunda kan kemarin sudah ikut training di Joeragan Artikel bahkan sudah jadi Leader (konsultan) di IndScript, coba optimalkan itu, projek pertama kita mulai dari bunda  nulis artikel  dulu, kan bunda udah jadi Kontributor Emakpintar.Asia. Nah, gimana kalo Bunda sekarang rutin bikin artikel one day one artikel? Nanti ayah bantu koreksiin deh atau ayah bantu kasih ide, gimana? Atau kalo Bunda mau ikutan lagi kelas nulis atau Binsis ayah siap bayarin, asalkan bunda konsisten dan komitemen mengerjakannya”.

  “Hmm..ya ya ya….bunda coba deh” jawab saya mantap. Dalam family forum sore ini, saya jadi teringat dengan tugas di kelas bunda sayang level 3 tentang projek keluarga. Sebelumnya saya pernah tidak yakin bisa mengerjakan, karena bingung harus nulis dan bikin projek apa. Anak tdak ada, suami sering banget ke luar kota bahkan ke luar negeri. Tapi alhamdulilah karena banyak pencerahan dari bunda fasil dan temen-temen akhirnya saya mencoba untuk membuatnya dan menuliskannya. Dan projek pertama ini saya kerjakan dengan suami saya. Meskipun kontribusi suami baru hanya sebatas ide dan dana saja, maklum kami juga terkendala dengan jarak, karena suami kadan-kadang dalam waktu yang mendadak suka pergi ke Filipin. Tapi tetap tak mengurangi komunikasi produktif di antara kami.
 Jadi, projek pertama saya akan membuat one day one artikel, sebelum dikirim ke kontributor emakpintar.asia saya minta suami dulu buat ngoreksi. Minimalnya selama 3 hari berturut-turut saya bisa membuat artikel tersebut secara konsisten. Bismillah..Insya Allah BISA.

#Tantanganhari1
#Level3
#MyFamilyMyTeam
#KuliahBunsayIIP

Senin, 20 Maret 2017


“ Bermanja-manjalah sesekali sama suamimu, jangan terlalu perkasa….” Ucap Nenek.
“ Aku terlalu perkasa Nek?” tanyaku kaget
“ Ya iyalah..pekerjaan semua kamu tangkas” jawab Nenek.

Kurang lebih itulah percakapan antara saya dan nenek pagi itu, sambil menikmati secangkir teh jahe hangat dan menonton berita dari stasiun televisi swasta yang beritanya terkadang tidak objektif. Sudah gak usah dijawab TV mana itu hehe.
Perkataan nenek tadi terngiang-ngiang ditelinga saya dan berlari-lari dipikiran saya. Benarkah saya terlalu perkasa?

Jumat, 17 Maret 2017


Berbicara kemandirian sebenarnya bukanlah sesuatu yang baru bagi saya, apalagi ketika lulus Sekolah Menengah Atas (SMA).  Kehidupan yang keras  telah MEMAKSA diri ini HARUS MANDIRI. Tapi ternyata belajar mandiri memang tidak bisa instan, butuh proses yang konsisten. Hingga sikap ini menjadi habit bagi pelakunya.

Jumat, 03 Maret 2017



Hari ini rencananya suami pulang, segala persiapan disiapkan dengan maksimal. Ingin menyenangkan suami saya yakin adalah keinginan setiap istri dimanapun ia berada. Apalagi ketika pelayanan yang sudah kita berikan kepadanya dibalas dengan pujian yang luar biasa. Ah…rasanya bikin hidung ini terbang dan dada kembang kempis. Betul Bund? Ada yang pernah merasakan ini jika suami memuji? Hehe 



Bunda ada yang suka jualan online atau offline dan nyetok barang di rumah? Jika ada berarti sama dengan saya. Saya belum bisa produksi sendiri, tapi sedang dalam proses belajar. Dan Insay Allah ini salah satu target yang harus saya capai di tahun 2017. Mohon doanya ya Bundas !



Suami lulusan IT terkadang menjadi alasan untuk diri ini tidka mau belajar IT. Tenang saja ada suami yang bantu ngeditin, tenang saja ada suami yang bantu bikini PPT, begitu dan selalu begitu. Apalagi ada nasihat dari teman, “kamu kalau nanti menikah jangan terlalu mandiri ya, biasanya suami tidak suka, kalau istrinya terlalu mandiri”. Karena ada nasehat seperti itu, saya sengaja tidak mendalami seputar dunia IT semakin mendalam. Paling ya yang dasar-dasar saja. Tenang ada suami ini.








        Kegiatan mencuci motor adalah salah satu kegiatan yang paling tidak saya sukai. Derajat ketidaksukaannya hampir selevel dengan kengiatan mnyetrika baju. Selalu suami yang melakukannya. Tidak jarang kalau ke kampus, motor saya paling kumel diantara motor-motor yang lain yang ada diparkiran. Paling malu itu kalau hari senin hehe…biasanya kan motor orang-orang selalu bersih. Motor saya? Masih sama hiks..hiks..