Popular Posts
Mengenai Saya
Blogger templates
Menulis Untuk Peradaban
Blogger news
Blogroll
About
Blog Archive
Diberdayakan oleh Blogger.
Text Widget
About me
Ibu Rumah Tangga, Dosen, Pebisnis online, Blogger, Konsultan IndScript dan Anggota Institut Ibu profesional
Blog Archive
-
▼
2017
(49)
-
▼
Maret
(10)
- Projek Kelas Status Cantik
- Projek Membuat Lembar Persiapan Menyuluh (LPM)
- Projek Membuat Sinopsis
- Ketika Sang Buah Hati Tak Kunjung Hadir
- Jangan Terlalu perkasa
- Aliran Rasa Melatih Kemandiran
- Belajar Masakan Sederhana (Day 10)
- Berbisnis Melatih Kemandirian (Day 9)
- No, Gaptek (Day 8)
- Nyuci Motor Sendiri (Day 7)
-
▼
Maret
(10)
Categories
- #Gameslevel2#Melatihkemandirian#Kelasbunsayiip
- Agribisnis
- Alumni Sekolah Perempuan
- Artikel
- Baby Zea
- Bisnis
- Bunda Sayang
- catatan merah jambu
- Ceritaku...
- Dakwah
- Gaya Belajar Anak
- Ibu Profesional
- IIP
- Kelas Bunda Sayang IIP
- Lomba Nulis SP
- Matrik Ibu Profesional (MIP) Batch #2
- Muslimah
- My Familly My Team
- Review Artikel
- Tips ngatur keuangan
Labels
- #Gameslevel2#Melatihkemandirian#Kelasbunsayiip
- Agribisnis
- Alumni Sekolah Perempuan
- Artikel
- Baby Zea
- Bisnis
- Bunda Sayang
- catatan merah jambu
- Ceritaku...
- Dakwah
- Gaya Belajar Anak
- Ibu Profesional
- IIP
- Kelas Bunda Sayang IIP
- Lomba Nulis SP
- Matrik Ibu Profesional (MIP) Batch #2
- Muslimah
- My Familly My Team
- Review Artikel
- Tips ngatur keuangan
Pages
Flickr Images
BTemplates.com
Feedjit
Jumat, 31 Maret 2017
Hari ini saya sengaja menyempatkan waktu untuk mengunjungi rumah orang
tua saya. Selain menengok Bapak yang sedang sakit, saya pun ada akan
merampungkan projek yang akan dikerjakan dengan adik saya. Projek membuat label
untuk usaha camilan yang sedang dirintis oleh adik dan Ibu saya.
Label:
Bunda Sayang,
Ibu Profesional,
IIP,
My Familly My Team
|
0
komentar
Kamis, 30 Maret 2017
Hari ini adalah hari ketiga untuk tantangan level 3 tentang tema #MyFamillyMyTeam. Projek hari ketiga ini adalah projek lanjutan dari hari kedua. Dan merupakan bagian dari projek turun lapang mahasiswa saya. Meskipun dalam tema menyebutkan tema keluarga tapi untuk tantangan level 3 ini saya melibatkan mahasiswa, Karena mereka pun sudah bagian dari pada keluarga saya.
Projek dari hari ketiga
ini yaitu membuat Lembar Persiapan Menyuluh (LPM). Projek ini masih dikerjakan
oelh kelompok, jumlah kelompok dan anggotanya masih sama seperti projek membuat
sionopsis materi penyuluhan. Dan tema dari LPM pun masih sama dengan tema yang
ditulis dalam synopsis.
Materi yang telah dipilih untuk disampaikan kepada sasaran selanjutnya
disusun dalam Lembar Persiapan Menyuluh (LPM). Penyusunan LPM dimaksudkan untuk
memudahkan Penyuluh menyampaikan materi penyuluhannya, karena di dalam LPM
dicantumkan hal-hal yang akan digunakan dan disampaikan kepada sasaran terkait
dengan materi penyuluhan. Berikut adalah contoh format LPM.
Contoh Format Lembar Persiapan Menyuluh (LPM)
Dalam projek ini mahasiswa berlatih seolah-olah menjadi seorang penyuluh
pertanian. Dengan pengerjaan projek ini diharapkan mahasiswa memiliki
pengetahuan serta keberanian untuk menyiapkan materi apa saja dan dengan cara
seperti apa materi tersbut bisa disampaikan kepada sasaran penyuluhan.
#Tantanganhari3
#Level3
#MyFamilyMyTeam
#KuliahBunsayIIP
Label:
Bunda Sayang,
Ibu Profesional,
IIP,
My Familly My Team
|
0
komentar
Rabu, 29 Maret 2017
Rencananya hari kedua
akan membuat artikel untuk diposting ke Emakpintar.asia, akan tetapi ternyata
ada kendala. Jadinya saya mencoba untuk membuat projek dengan mahasiswa saya,
projek besar tersebut dinamakan projek "turun lapang" untuk melakukan
observasi di lapangan tentang penyuluhan pertanian. Projek ini sebenarnya
sekaligus menjadi tugas mahasiswa saya.
Label:
Bunda Sayang,
Ibu Profesional,
IIP,
My Familly My Team
|
0
komentar
Senin, 27 Maret 2017
Tidak
ada kebahagiaan bagi seorang Ibu, selain ia bisa menjadi Ibu yang baik dan
sholiha bagi anak-anaknya. Bisa mendidik anak-anaknya dengan baik, hingga ia
tumbuh dewasa dan menjadi kebanggan bagi ayah bundanya serta bisa membawa
manfaat bagi ummat.
Namun,
bagaimana jika sang buah hati belum juga hadir? Padahal usia pernikahan kami
sudah mau menginjak 3 tahun. Belum lama memang jika dibandingkan dengan
pasangan lain yang menunggu hadirnya sang buah hati lebih dari 3 tahun, bahkan
sampai belasan tahuan atau mungkin puluhan tahun. Tapi, saya pun seorang
manusia biasa, perempuan biasa, yang mempunyai perasaan. Terkadang pernah
merasakan kerapuhan juga, saya merasa belum sempurna jika saya belum menjadi
seorang ibu. Terkadang rasa iri menggelayuti hati ini, melihat teman-teman yang
begitu mudahnya Allah kasih amanah. Rasa bangga melihat teman-teman yang sukses
mendidik anaknya dengan baik atau rasa marah ketika membaca berita ada bayi
yang dengan teganya dibuang oleh ibunya, atau mungkin perasaan sebal ketika ada
orang yang mengeluh “mabok” karena ngidam Saya ingin berbisik “heyy bunda,
diluar sana banyak perempuan yang sedang ingin di posisis bunda, ingin
merasakan bagaimana nikmatnya ketika tertatih-tatih dalam kondisi ngidam”.
Tapi,
saya beruntung ada suami yang senantiasa menerima saya apa adanya, selalu
menguatkan ketika diri ini terpuruk dan mulai khilaf. Selalu mengingatkan bahwa
kita harus yakin kepada Allah bahwa Allah akan memberikannya dalam waktu yang
tepat. Kita sebagai hamba Nya hanya bisa berikhtiar dan berdoa maksimal. Itu saja.
“Sepertinya
bunda harus ada kegiatan yang rutin dikerjakan, sehingga bunda tidak kepikiran
terus dengan hal tersebut” itu pembuka diskusi kami sore hari. Ya memang,
sekarang saya sedikit free, tidak terlalu padat jadwal ngajar di kampus, di
Universitas Majelngka saya hanya ngajar hari senin dan jumat. Sementara di Unsika
Karawang, saya ngajar hari selasa dan rabu dan kamis. Dan itu pun baru dimulai
setelah Ujian Tengah Semester (UTS) karena team teaching.
“Ya..Yah,
sepertinya bunda harus punya kegiatan yang bisa dilakukan secara konsisten,
kira-kira apa ya Yah?” pertanyaan saya dengan mata yang mulai berbinar. Ayah dengan
sabar menjawab, “Hmm…Bunda kan kemarin sudah ikut training di Joeragan Artikel
bahkan sudah jadi Leader (konsultan) di IndScript, coba optimalkan itu, projek
pertama kita mulai dari bunda nulis
artikel dulu, kan bunda udah jadi
Kontributor Emakpintar.Asia. Nah, gimana kalo Bunda sekarang rutin bikin artikel
one day one artikel? Nanti ayah bantu koreksiin deh atau ayah bantu kasih ide, gimana? Atau kalo Bunda mau ikutan
lagi kelas nulis atau Binsis ayah siap bayarin, asalkan bunda konsisten dan
komitemen mengerjakannya”.
“Hmm..ya
ya ya….bunda coba deh” jawab saya mantap. Dalam family forum sore ini, saya
jadi teringat dengan tugas di kelas bunda sayang level 3 tentang projek keluarga.
Sebelumnya saya pernah tidak yakin bisa mengerjakan, karena bingung harus nulis
dan bikin projek apa. Anak tdak ada, suami sering banget ke luar kota bahkan ke
luar negeri. Tapi alhamdulilah karena banyak pencerahan dari bunda fasil dan
temen-temen akhirnya saya mencoba untuk membuatnya dan menuliskannya. Dan projek
pertama ini saya kerjakan dengan suami saya. Meskipun kontribusi suami baru
hanya sebatas ide dan dana saja, maklum kami juga terkendala dengan jarak,
karena suami kadan-kadang dalam waktu yang mendadak suka pergi ke Filipin. Tapi
tetap tak mengurangi komunikasi produktif di antara kami.
Jadi, projek pertama saya akan membuat one day
one artikel, sebelum dikirim ke kontributor emakpintar.asia saya minta suami
dulu buat ngoreksi. Minimalnya selama 3 hari berturut-turut saya bisa membuat
artikel tersebut secara konsisten. Bismillah..Insya Allah BISA.
#Tantanganhari1
#Level3
#MyFamilyMyTeam
#KuliahBunsayIIP
Label:
Bunda Sayang,
Ibu Profesional,
IIP,
My Familly My Team
|
0
komentar
Senin, 20 Maret 2017
“ Aku terlalu perkasa
Nek?” tanyaku kaget
“ Ya iyalah..pekerjaan
semua kamu tangkas” jawab Nenek.
Kurang lebih itulah
percakapan antara saya dan nenek pagi itu, sambil menikmati secangkir teh jahe
hangat dan menonton berita dari stasiun televisi swasta yang beritanya
terkadang tidak objektif. Sudah gak usah dijawab TV mana itu hehe.
Perkataan nenek tadi
terngiang-ngiang ditelinga saya dan berlari-lari dipikiran saya. Benarkah saya
terlalu perkasa?
Label:
Ceritaku...
|
0
komentar
Jumat, 17 Maret 2017
Berbicara kemandirian sebenarnya
bukanlah sesuatu yang baru bagi saya, apalagi ketika lulus Sekolah Menengah Atas
(SMA). Kehidupan yang keras telah MEMAKSA diri ini HARUS MANDIRI. Tapi
ternyata belajar mandiri memang tidak bisa instan, butuh proses yang konsisten.
Hingga sikap ini menjadi habit bagi pelakunya.
Jumat, 03 Maret 2017
Hari
ini rencananya suami pulang, segala persiapan disiapkan dengan maksimal. Ingin
menyenangkan suami saya yakin adalah keinginan setiap istri dimanapun ia
berada. Apalagi ketika pelayanan yang sudah kita berikan kepadanya dibalas
dengan pujian yang luar biasa. Ah…rasanya bikin hidung ini terbang dan dada
kembang kempis. Betul Bund? Ada yang pernah merasakan ini jika suami memuji? Hehe
Suami
lulusan IT terkadang menjadi alasan untuk diri ini tidka mau belajar IT. Tenang
saja ada suami yang bantu ngeditin, tenang saja ada suami yang bantu bikini PPT,
begitu dan selalu begitu. Apalagi ada nasihat dari teman, “kamu kalau nanti menikah
jangan terlalu mandiri ya, biasanya suami tidak suka, kalau istrinya terlalu
mandiri”. Karena ada nasehat seperti itu, saya sengaja tidak mendalami seputar
dunia IT semakin mendalam. Paling ya yang dasar-dasar saja. Tenang ada suami
ini.
Kegiatan mencuci motor adalah salah satu kegiatan yang paling
tidak saya sukai. Derajat ketidaksukaannya hampir selevel dengan kengiatan
mnyetrika baju. Selalu suami yang melakukannya. Tidak jarang kalau ke kampus,
motor saya paling kumel diantara motor-motor yang lain yang ada diparkiran. Paling
malu itu kalau hari senin hehe…biasanya kan motor orang-orang selalu bersih. Motor
saya? Masih sama hiks..hiks..
Langganan:
Postingan (Atom)