Blogger templates

Menulis Untuk Peradaban

Blogger news

Blogroll

About

Blog Archive

Diberdayakan oleh Blogger.

Text Widget

About me

Ibu Rumah Tangga, Dosen, Pebisnis online, Blogger, Konsultan IndScript dan Anggota Institut Ibu profesional

Pages

Flickr Images

BTemplates.com

Kamis, 08 Maret 2018


“Menjadi Muslimah yang taat itu berat, Kamu gak kan  kuat, kita sama-sama saja”

Menjadi muslimah yang taat itu tidak mudah. Harus ada yang dikorbankan. Bak seorang artis, segala tingkah polah akan menjadi soroton orang-orang sekeliling kita. Terkadang tidak sedikit orang yang menganggap kita sebagai orang yang pandai ilmu agama. Karena penampilan kita yang syar’i dan terlihat seperti seorang ustadzah.


Hidayah itu perlu dijemput dengan sungguh-sungguh. Tidak bisa hanya ditunggu dengan berpangku tangan. Bagiamana caranya? Hadirilah majelis-masjelis ilmu, sering-seringlah berkumpul dengan orang-orang yang sholihah. Katanya ingin hijrah, ingin berubah menjadi sosok yang lebih sholihah. Lha, diajak Ngaji malah ogah-ogahan. Banyak banget alasannya mulai dari A smpai Z.

Jalan menuju syurga itu tidak mudah, penuh onak dan duri serta berbagai probelamatika yang terus bergejolak. Namun, bukan berarti tidak bisa. Hanya butuh perjuangan yang sungguh-sungguh untuk mendapatkannya. Karena Syurga-Nya Alloh itu begitu nikmat dan dahsyat pesona-Nya. Maka, mendapatkannya tidak bisa tanpa mengandalkan usaha dan kerja keras.

Baiklah, sholihah…izinkan saya untuk berbagi cerita tentang pengalaman hijrah seseorang. Ia  sudah bertekad untuk berhijrah.

“Karena Aku Muslimah, Aku ikhlas hidup terasing”
Kurang lebih itu lah kalimat yang paling tepat saya tuliskan untuk menggambarkan cerita hijrahnya.
Selamat menyimak ya, sholihah.

Jika kau merasa bingung dengan perubahanku?
Jika kau merasa aneh dengan penampilanku?
Lalu, kamu mulai menjauhiku!

Sekarang, mungkin bagi kamu aku telah berbeda, tidak seasik dulu lagi. Aku selalu menghindari gossip dan perkataan yang kurang berbobot, pergaulan dengan lawan jenis pun mulai kubatasi. Tidak sedikit permintaanmu tidak semuanya kupenuhi. Aku banyak pertimbangan. Ya, jika tidak sesuai dengan islam, maka aku tolak.

Lalu bingungmu semakin menjadi ketika kamu melihatku dengan penampila yang berbeda. Jilbab dan kerudung lebar. Kamu pun mulai tidak suka dengan sikapku yangs sedikit-sedikt berbicara agama, sedikit-sedikit berbicara halal dan haram, sedikit-sedikit bicara syariat.
Akhirnya, kamu semakin menjauh dariku. Bhakan tidak hanya kamu, tapi teman-teman lain yang tidak menyukai dengan perubahanku. Aku seakan menjadi orang asing ditengah-tengah kalian.

“Karena aku muslimah”. Itulah jawabku. Maka aku harus patuh dan taat atas segala perintah-Nya. Aku sekarang sudah terbuka dengan pemahaman islam yang sebenarnya. Apa yang terjadi dulu akhibat ketidaktahuanku. Dulu, aku menganggap bahwa Islam itu hanya cukup dengan shalat, zakat, puasa, naik haji, baca Quran dan ibadah mahdlah lainnya saja. Sekarang aku sudah paham, bahwa Islam itu mengatur seluruh aspek kehidupa, termasuk kehidupanku. Pemahaman baru inilah yang membuatku melepaskan masa laluku yang dangkal dan kelam. Kini, aku ingin menjadi sebaik-baiknya umat. Aku ingin menjadi wanita sholihah. Apakah aku salah?

Kawans, dengan berhijab aku merasa tenang dan nyaman. Yang terpenting hijabku ini bukan karena mengikuti tren semata. Bukan! Tapi sebagai bentuk ketundukkanku pada Rabb-ku. Tidak sedikit yang merespon negatif bahkan membuat telinga ini panas dan hati egrah. Namun, semuanya mampu kutepis.
 “Wah, ckckckck… tak kusangka kamu sekarang jadi ustadzah.” Gerai tawa mereka menggodaku.
“Mhmm… si bau surga datang nich…” Celetuk mereka di saat aku mendekat.
“Assalamu’alaikum ustadzah.” Salam yang hanya buat olok-olokan ketika aku mendekat mereka.
“Wah, jadi bersih lantai rumah, ternyata ada yang ngepel nich, hebat bajunya bisa buat ngepel.” Sambut tawa yang membuat aku sedih.
“Mau kemana, Bu Haji?” Celoteh nakal mereka tak mau berhenti.

Begitulah respon yang beragam mereka yang tak paham. Tapi, aku berusaha untuk tetap bertahan dalam kondisi seperti ini. Tak pa aku dianggap aneh dan serasa menjadi orang asing di tengah teman-temanku. Ini konsekuensiku sebagai muslimah yang sedang  berusaha taat.
Rasulullah shallallaahu 'alaihi wa sallama bersabda, "Islam dimulai dengan keterasingan, dan akan kembali asing sebagaimana awalnya, maka beruntunglah orang-orang yang asing." (HR. Muslim no. 145)

Hadist di atas seolah menjadi penyemangat bagiku. Ya, aku memang terasing. Karena aku memilih untuk taat, ketika teman-temanku lebih tertarik pada maksiat. Dengan tegas aku menolak pacaran atau perbuatan apapun yang dilarang islam, meskipun sebagian besar teman-temanku mengganggapku aneh. Sekali lagi, Taka apa. Aku sekarang lebih bahagia ketika hati ini tertaut dnegan Nya.

Ukhti sholihah, kurang lebih itulah sedikit cerita yang bisa dibagi.Jjika ukhtifillah sedang dalam proses hijrah, nikmati dan bertahanlah. Memang berat sekali tantangannya. Apalagi melihat kondisi uamt saat ini. Tolok ukur perbuatan bukan lagi halal dan haram, tapi lebih pada sebatas manfaat semata.
Ketika sebagian besar orang membolehkan perkara haram, sementara hanya kita sendiri yang dengan penuh keteguhan menolaknya. Maka kita akan dianggap aneh.
Jangan kaget, beginilah kondisi umat dewasa ini, dalam kondisi ini sudah selaykanya jita lebih memilih untuk menjadi orang-orang terasing agar kita menjadi orang-orang yang beruntung.
Wallohu a’lam bishawab


0 komentar: