Popular Posts
Mengenai Saya
Blogger templates
Menulis Untuk Peradaban
Blogger news
Blogroll
About
Blog Archive
Diberdayakan oleh Blogger.
Text Widget
About me
Ibu Rumah Tangga, Dosen, Pebisnis online, Blogger, Konsultan IndScript dan Anggota Institut Ibu profesional
Blog Archive
Categories
- #Gameslevel2#Melatihkemandirian#Kelasbunsayiip
- Agribisnis
- Alumni Sekolah Perempuan
- Artikel
- Baby Zea
- Bisnis
- Bunda Sayang
- catatan merah jambu
- Ceritaku...
- Dakwah
- Gaya Belajar Anak
- Ibu Profesional
- IIP
- Kelas Bunda Sayang IIP
- Lomba Nulis SP
- Matrik Ibu Profesional (MIP) Batch #2
- Muslimah
- My Familly My Team
- Review Artikel
- Tips ngatur keuangan
Labels
- #Gameslevel2#Melatihkemandirian#Kelasbunsayiip
- Agribisnis
- Alumni Sekolah Perempuan
- Artikel
- Baby Zea
- Bisnis
- Bunda Sayang
- catatan merah jambu
- Ceritaku...
- Dakwah
- Gaya Belajar Anak
- Ibu Profesional
- IIP
- Kelas Bunda Sayang IIP
- Lomba Nulis SP
- Matrik Ibu Profesional (MIP) Batch #2
- Muslimah
- My Familly My Team
- Review Artikel
- Tips ngatur keuangan
Pages
Flickr Images
BTemplates.com
Feedjit
Rabu, 10 Juli 2013
Masih, Akh.
Masih tersisa rasa itu…
Meskipun kau tak lagi terasa di nadiku ketika denyutannya merona,
Meskipun bukan engkau yang muncul ketika aku memejamkan mata,
dan bukan pula engkau yang sekarang dalam harapan.
Tapi masih tersisa, akh.
Namamu, cerita-ceritamu, cita-citamu, harapanm-harapanmu, yang pernah kau utarakan
Masih terngiang candamu, polahmu, semangatmu, keangkuhanmu,
Dan tentu saja kepercayaanmu padaku (yang mungkin selalu aku kecewakan)
Tak tahukah, Akh?
Mungkin Tuhan marah, cemburu, dan merasa kita terlalu mendahului kemungkinan milik-Nya,
Sehingga Ia membentangkan sekat yang begitu luas di antara kita
Semakin luas, semakin jauh tiap harinya
Saking jauhnya sampai-sampai aku tak bisa lagi mengetahui keberadaanmu
Maha Kuasa Allah atas segala kehendak-Nya
Ia yang menguasai perjumpaan, persahabatan, begitu juga perpisahan.
Dan aku pun terlalu malu … pun marah pada diriku sendiri …
Pun benci dan merutuk, karena aku terlalu rapuh untuk selalu mengingat
Bahwa hatiku masih milik-Nya dan hanya Ia yang akan menentukan pada siapa
Hati ini akan terpatrikan.
Aku tak berhak menetukan, apalagi memaksa-maksakan pinta
Aku tak boleh memilih tanpa tangan-Nya yang menunjukkan
Aku tak berhak, sama sekali tak berhak…
Dan betapa bersyukurnya aku, ketika Tuhan masih dengan rasa kasih-Nya
Yang Tiada Tergantikan,
Mengingatkanku, mengingatkan kita, Akh…
Bahwa kita memiliki terlalau banyak perbedaan
Sikap,
Idealisme,
Sudut pandang,
Pemikiran,
Cita-cita,
Prinsip,
Konsistensi,
Tuhan Menyadarkanku, menyadarkan kita, Akh
Melalui semua perbedaan mendasar itu
Yang menjadikan jarak antara kita semakin membentang tak berskala
…
Ya.
Mungkin dengan itu, Ia Menandakan rasa cemburu-Nya pada kita
Pun mungkin Allah kasihan melihatku memendam tangis,
Ketika kekecewaan menjadi pagar berhias duri yang membatasi kita masing-masing
Mungkin Allah tak lagi ingin Melihatku rapuh,
Ketika keputusasaan ini menelanku sebanding dengan harapan yang mengembang semakin pupus
Atau mungkin Allah tak tega melihatku selalu mengalah,
Atas keangkuhanmu yang membuat asaku meregang kalah.
Rasa itu, masih ada, Akh…
Sungguh rasa itu masih tersisa
Tapi untuk bekal muhasabah
Bukan untuk membuat keistiqomahan ini semakin goyah…
Aku selalu bersyukur, karena kita dikaruniai terlalu banyak perbedaan
Sebagai teguran halus dari-Nya, bahwa kita tak tentu berujung kelak
Sebagai belaian-Nya yang penuh kasih sayang, mengingatkanku
Bahwa hati ini belum berhak terkunci dan tertutup, hanya karena dugaan dan angan-angan…
Begitu juga engkau, Akh…
Entah berapa lama lagi sampai batas waktu itu
Yakin. Teramat yakin. Bahwa yang terbaiklah yang akan Ia kehendaki
Untuk hamba-hambanya yang tegar menjaga diri, pandai menahan laparnya pada suatu harap
Dan yang tak pernah berhenti belajar untuk mencintai-Nya dengan cara yang terbaik.
Masih tersisa rasa itu…
Meskipun kau tak lagi terasa di nadiku ketika denyutannya merona,
Meskipun bukan engkau yang muncul ketika aku memejamkan mata,
dan bukan pula engkau yang sekarang dalam harapan.
Tapi masih tersisa, akh.
Namamu, cerita-ceritamu, cita-citamu, harapanm-harapanmu, yang pernah kau utarakan
Masih terngiang candamu, polahmu, semangatmu, keangkuhanmu,
Dan tentu saja kepercayaanmu padaku (yang mungkin selalu aku kecewakan)
Tak tahukah, Akh?
Mungkin Tuhan marah, cemburu, dan merasa kita terlalu mendahului kemungkinan milik-Nya,
Sehingga Ia membentangkan sekat yang begitu luas di antara kita
Semakin luas, semakin jauh tiap harinya
Saking jauhnya sampai-sampai aku tak bisa lagi mengetahui keberadaanmu
Maha Kuasa Allah atas segala kehendak-Nya
Ia yang menguasai perjumpaan, persahabatan, begitu juga perpisahan.
Dan aku pun terlalu malu … pun marah pada diriku sendiri …
Pun benci dan merutuk, karena aku terlalu rapuh untuk selalu mengingat
Bahwa hatiku masih milik-Nya dan hanya Ia yang akan menentukan pada siapa
Hati ini akan terpatrikan.
Aku tak berhak menetukan, apalagi memaksa-maksakan pinta
Aku tak boleh memilih tanpa tangan-Nya yang menunjukkan
Aku tak berhak, sama sekali tak berhak…
Dan betapa bersyukurnya aku, ketika Tuhan masih dengan rasa kasih-Nya
Yang Tiada Tergantikan,
Mengingatkanku, mengingatkan kita, Akh…
Bahwa kita memiliki terlalau banyak perbedaan
Sikap,
Idealisme,
Sudut pandang,
Pemikiran,
Cita-cita,
Prinsip,
Konsistensi,
Tuhan Menyadarkanku, menyadarkan kita, Akh
Melalui semua perbedaan mendasar itu
Yang menjadikan jarak antara kita semakin membentang tak berskala
…
Ya.
Mungkin dengan itu, Ia Menandakan rasa cemburu-Nya pada kita
Pun mungkin Allah kasihan melihatku memendam tangis,
Ketika kekecewaan menjadi pagar berhias duri yang membatasi kita masing-masing
Mungkin Allah tak lagi ingin Melihatku rapuh,
Ketika keputusasaan ini menelanku sebanding dengan harapan yang mengembang semakin pupus
Atau mungkin Allah tak tega melihatku selalu mengalah,
Atas keangkuhanmu yang membuat asaku meregang kalah.
Rasa itu, masih ada, Akh…
Sungguh rasa itu masih tersisa
Tapi untuk bekal muhasabah
Bukan untuk membuat keistiqomahan ini semakin goyah…
Aku selalu bersyukur, karena kita dikaruniai terlalu banyak perbedaan
Sebagai teguran halus dari-Nya, bahwa kita tak tentu berujung kelak
Sebagai belaian-Nya yang penuh kasih sayang, mengingatkanku
Bahwa hati ini belum berhak terkunci dan tertutup, hanya karena dugaan dan angan-angan…
Begitu juga engkau, Akh…
Entah berapa lama lagi sampai batas waktu itu
Yakin. Teramat yakin. Bahwa yang terbaiklah yang akan Ia kehendaki
Untuk hamba-hambanya yang tegar menjaga diri, pandai menahan laparnya pada suatu harap
Dan yang tak pernah berhenti belajar untuk mencintai-Nya dengan cara yang terbaik.
Label:
catatan merah jambu
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar