Blogger templates

Menulis Untuk Peradaban

Blogger news

Blogroll

About

Blog Archive

Diberdayakan oleh Blogger.

Text Widget

About me

Ibu Rumah Tangga, Dosen, Pebisnis online, Blogger, Konsultan IndScript dan Anggota Institut Ibu profesional

Pages

Flickr Images

BTemplates.com

Selasa, 29 November 2016


Belum telat sepertinya saya menulis tentang tema Guru. Saya tidak akan menceritakan deretan guru-guru saya yang sangat luar biasa, mulai dari Sekolah Dasar hingga Pasca sarjana. Karena mereka memang sudah luar biasa.

Tapi sekarang saya sedang ingin menuliskan tentang “Sang Guru Bumi”, yang doanya menembus langit, kata-katanya keramat dan penuh dengan keberkahan. Bahkan Tuhan pun Meridhoi ketika Sang Guru Bumi itu ridho.

Siapakah Sang Guru Bumi itu? ya…tidak lain adalah sosok IBU.
Al-Ummu madrasah Al-Ula, Ibu adalah sekolah pertama dan utama bagi anak-anaknya.

Meskipun ibu saya hanya mengenyam pendidikan sampai Sekolah Dasar (SD) saja, tapi ilmu pendidikan dan parenting nya keren, entah ia dapatkan dari mana. Tidak seperti ibu-ibu modern sekarang, yang dengan sangat mudah mendapatkan dan mencari ilmu. Bisa Tanya lamgsung ke mbah google atau ikut pelatihan online tentang pendidikan dan parenting di grup-grup whatsApp.

Tidak...tidak...sungguh ibu tidak tahu itu semua. Handphone saja jadul, hanya bisa untuk nelpon saja. Yang ibu tahu bahwa setiap orang itu bisa sukses asalkan kita sungguh-sungguh. Ibu hanya ingin bagaimana anaknya bisa sekolah setinggi-tingginya. Karena Alloh akan memberikan keutamaan dan kemuliaan bagi orang-orang yang berilmu sebagaimana dalam firman Alloh SWT:

“ Alloh akan meninggikan orang-orang yang beriman diantaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat” (Q.S. Al-Mujadilah:11)

Sejak kecil, Ibu lah yang pertama mengajarkan saya huruf-huruf hijaiyah, mengajarkan mengaji, menghafal doa-doa, mengenalkan angka-angka dan huruf-huruf abzad. Ibu selalu bilang, sejak usia 3 tahun saya akan anteng dan tidak rewel jika ibu berikan buku serta pensil.
Meski kondisi ekonomi kala itu telah membelit hidup kami, ibu tidak pernah meninggalkan saya barang sekejap pun. Kemanapun ia pergi, saya selalu dibawanya. Ibu pergi ke sawah dan saya pun ikut. Tetap dengan buku dan pensil yang senantiasa menjadi mainan saya kala itu.

Heni kecil sudah bisa berhitung dan membaca, lebih unggul dibanding teman-teman sebayaku. Padahal temen-teman yang lain sekolah di Taman Kanak-kanan (TK).

Bukan berarti ibu saya pintar. Ibu hanya telaten dan sabar serta semangat saja dalam mengajari saya. Prestsai akademik ibu pun waktu SD tidak menonjol, bahkan katanya masuk 10 besar ranking terakhir. Maka pantas ketika kelas V ibu ditanya sama guru IPS nya, “Bumi kita berbetuk apa?” dan ibu menjawab “Berbentuk empat persegi panjang” hehe…

Ibu kira kata “bumi” itu rumah dalam bahasa sunda, maka pantas ibu menjawab empat persegi panjang, karena memang rumah kami bentuknya persegi panjang :D

Ibu tidak pernah mempelajari ilmu parenting yang seperti diajarkan oleh Ibu Septi Peni dalam Institut Ibu Profesional (IIP). Mulai ilmu Bunda Shalehah, Bunda Cekatan, Bunda Produktif dan Bunda Profesional. Ibu mengajarkan dan mendidikan kami dengan sungguh-sungguh saja dan menamkan kepada kami sebagai anak-anaknya untuk senantiasa mencintai ilmu. Karena ilmulah yang menjaga kita kelak.

Bagi saya ibu dalah sang guru bumi yang sangat luar biasa, jika ada kata yang lebih dahsyat dari itu saya akan menggunakan kata itu.

Ibu selalu memanjatakan doa-daonya di setiap sepertiga malam terakhir dengan senyap dan penuh deraian air mata. Ia mendoakan untuk prestasi dan kesuksesan anak-anaknya.
Saya masih ingat ketika saya beres-beres rumah, saya menemukan secarik kertas kumal dibalik sajadah ibu, ada tulisan “kumlud dan ipeka”. Sepertinya Ibu menuliskan kata-kata tersebut di secarik kertas agar ia tidak lupa ketika berdoa.
Karena waktu itu saya pernah meminta ibu mendoakan agar saya mendapatkan ilmu yang bermanfaat, IPK 4 dan cumlaude. Meski ibu watu itu bertanya, kenapa IPK nya 4? Kenapa tidak 10 saja. Kan 10 itu bagus betul semua? Itu pertnyaan ibu. Ibu tidak tahu kalau IPK paling tinggi itu 4. Dan ibu pun tidak tahu kata “cumlaud” meski ia tidak tahu, ia tetap mendoakan yang terbaik bagi anak-anaknya. Dan Alhamdulillah doa Ibu terwujud, saya lulus dengan IPK 3,92 di S1 dan 3,84 di pasca sarjana Universitas Diponegoro Semarang. Subhanlloh..luar biasa.

Ibu engkau adalah guru kami, Sang Guru Bumi, yang Alloh anugerahkan untuk kami. Atas jasa-jasa dan kasih sayangmu yang tidak akan pernah terbalaskan. Tetaplah menjadi sosok sang guru bumi yang membumi dengan visi yang melangit. Sosok yang bisa menginspirasi dunia.
Saya sayang ibu, kemarin, sekarang dan selamanya. Love U…..
Semoga kita bisa dipersatukan kelak di Jannah Nya. Aamiin










4 komentar:

ida mengatakan...

Terus sukses ya, Teh Heni ^_^

Unknown mengatakan...

Aamiin. syukran jazakillah Bu :) :)

Lilies Her mengatakan...

suka mewek kalo baca tulisan mengenai ibu, makasih ya mbak tulisannya aku suka :)

Unknown mengatakan...

alhamdulillah...makasih juga mbak sudah menyukai tulisan saya yang masih acak kadul ini :)