Senin, 30 Januari 2017
Tidur Siang...
Saya jarang sekali tidur siang. Sejak masih single, hari
senin sampai sabtu dari pagi sampe sore kerja di kampus. Hari ahad selalu penuh
dengan agenda ini dan itu. Tidak ada waktu buat tidur siang. Lagi pula, saya pribadi
memiliki pandangan (Frame of Reference) bahwa tidur siang itu buang-buang waktu. Bayangkan, jika
tidur siang dari jam 13.00 WIB sampe jam 15.00 alias 2 jam, selama itu kalo
dimanfaatkan untuk melakukan misal nyetrika bisa selesai tumpukan baju yang
menggunung tinggi, atau misalkan dengan dimanfaatkan buat baca, sudah bebebrapa
halaman buku yang bisa di baca.
Nah, ketika sudah menikah ternyata mendapatkan suami yang
sudah biasa melakukan tidur siang. Awalnya memang risih, menganggap itu pemalasan lah, kurang
produktif lah dan apalah-apalah yang lainnya. Mohon maaf itulah pemikiran saya
dulu yang masih workholic.
Padahal sebenarnya saya tau manfaat tidur siang itu dan
sangat bagus untuk kesehatan, salah satunya bisa mengurangi stress dan
meningkatkan kesehatan tubuh. tapi, ya karena memang sudah terbiasa tidak melakukannya ya sulit. Terkecuali kalo capek banget, baru bisa.
Sepertinya tidur siang merupakan FoR dan FoE suami. Sementara
For dan FoE saya berbeda. Akhirnya bagaimana
solusinya? Saya coba melakukan solusi dari materi komunikasi produktif, FoR/FoE
ku dan FoR/FoE mu jadi FoR/FoE kita.
Finally solusinya saya
mengikuti kebiasaan suami untuk ikut tidur siang, apalagi sekarang saya sedang libur ngajar dan suami sedang cuti 1 hari saja di hari senin. Tidur siang boleh, asalkan dengan catatan tidak
terlalu lama ya 1 jam-an lah dan pekerjaan rumah sudah selesai. terutama setrikaan. Hehe..extrim
ya?
#Harike7
#Tantangan10hari
#KomunikasiProduktif
#Kuliahbunsayiip
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar