Popular Posts
Mengenai Saya
Blogger templates
Menulis Untuk Peradaban
Blogger news
Blogroll
About
Blog Archive
Diberdayakan oleh Blogger.
Text Widget
About me
Ibu Rumah Tangga, Dosen, Pebisnis online, Blogger, Konsultan IndScript dan Anggota Institut Ibu profesional
Blog Archive
-
▼
2017
(49)
-
▼
Februari
(13)
- Yes, Berhasil Pasang Lampu Sendiri (Day 6)
- Jadi Perempuan Perkasa (Day 5)
- Ibu VS Bapak
- Berani Masukin Motor Sendiri (Day 4)
- Mandiri Menghafal Al-Quran (Day 3)
- Berani Menghargai Kemampuan Sendiri (Day2)
- Berani Berangkat ke Karawang (via Cikopo) Sendiri ...
- Aliran Rasa
- 10 Tips Cerdas Mengelola Keuangan
- Produktif Bersama @Joeragan Artikel
- Renungan….
- Suhaeni #Challange10 #Komunikasiproduktif
- Suhaeni #Challange9 #Komunikasiproduktif
-
▼
Februari
(13)
Categories
- #Gameslevel2#Melatihkemandirian#Kelasbunsayiip
- Agribisnis
- Alumni Sekolah Perempuan
- Artikel
- Baby Zea
- Bisnis
- Bunda Sayang
- catatan merah jambu
- Ceritaku...
- Dakwah
- Gaya Belajar Anak
- Ibu Profesional
- IIP
- Kelas Bunda Sayang IIP
- Lomba Nulis SP
- Matrik Ibu Profesional (MIP) Batch #2
- Muslimah
- My Familly My Team
- Review Artikel
- Tips ngatur keuangan
Labels
- #Gameslevel2#Melatihkemandirian#Kelasbunsayiip
- Agribisnis
- Alumni Sekolah Perempuan
- Artikel
- Baby Zea
- Bisnis
- Bunda Sayang
- catatan merah jambu
- Ceritaku...
- Dakwah
- Gaya Belajar Anak
- Ibu Profesional
- IIP
- Kelas Bunda Sayang IIP
- Lomba Nulis SP
- Matrik Ibu Profesional (MIP) Batch #2
- Muslimah
- My Familly My Team
- Review Artikel
- Tips ngatur keuangan
Pages
Flickr Images
BTemplates.com
Feedjit
Rabu, 08 Februari 2017
Ade-ade dan teteh-teteh para pengemban dakwah....
Sungguh
kita telah menyadari berbagai kerusakan, kegelapan, serta kenestapaan telah
menimpa umat ini. Allah telah memilih umat ini sebagai umat yang terbaik
”kuntum khoir ummah ukhrijatin naas
ta’muruna bil ma’ruf watanhauna ‘anil munkar watu’minuuna billah..” sudahkah umat sekarang menjadi umat yang
terbaik? Realitas umat ini terpuruk, kenapa? Karena umat hari ini telah
meninggalkan tugas mulianya” ta’muruna bil ma’ruf watanhauna ‘anil munkar “
melakukan amal ma’ruf dan mencegah kemunkaran. Dan sekarang bagaimana dengan
kita? Kita yang mengaku sebagai pengemban dakwah, kita yang menganggap diri
kita adalah orang yang menerima dan melaksanakan tugas mulia dari Allah dan
rasul-Nya sebagai penyampai dien ini, hingga tegaknya islam di muka bumi?
Bukankah tugas kita ini adalah tugas yang jelas siapa yang memerintahkannya,
jelas ganjarannya namun juga jelas segala rintangan dan hambatan untuk
menjalankannya? Bagaimana jika kelak halangan itu semakin sulit, sanggupkah
kita berkata “Saya takkan meninggalkan jalan ini, saya masih betah tinggal di
sini. Kalau saya meninggalkan da’wah ini, siapa lagi yang akan menjalankannya?”
Dan bagaimana jika akhirnya kita dihadapkan pada pilihan berat yang bahkan
pilihan tersebut menuntut untuk mengorbankan nyawa kita? Masih beranikah kita
berteriak lantang di garis depan dan terus melawan? SIAPKAH KITA UNTUK MATI??
Padahal baru sedikit saja amanah da’wah yang kita terima kita sudah mengeluh, merasa terbebani, menganggap hal itu tidak penting dan lain sebagainya. Hingga kita pun menjadi tidak profesional dan tak sungguh-sungguh menjalankannya, dengan berbagai alasan yang sebenarnya mengada-ada.. Inikah yang namanya pengemban tugas dari langit itu? Kemana idealisme kita yang seringkali kita umbar, kemana keteguhan yang sering kita ajarkan kepada objek da’wah kita? Tak malukah kita?
Tanpa dorongan keimanan, tanpa rasa takut akan murka Allah, tanpa komitmen terhadap jamaah dakwah, tanpa kesadaran dan keikhlasan untuk berkorban dalam dakwah baik tenaga, harta, dan nyawa, tanpa sikap mendahulukan kepentingan dakwah daripada peluang bisnis, pekerjaan, tugas kuliah, urusan sekolah tanpa itu semua maka sungguh sangat memalukan kalau berharap Islam akan tegak ! ! !
Tidak sepantasnya seorang aktivis dakwah, ketika ada
panggilan dakwah, ia lebih mengutamakan urusan lain, terlebih lagi urusan
duniawi, sementara dia paham kalau umat ini sedang terpuruk. Lingkungannya
sedang rusak. Namun, tak da yang ia perbuat karena ia takut ia akan kehilangan
kesempatan untuk belajar mandiri, kehilangan kesempatan untuk meraih nilai
tertinggi dalam perkuliahan, sekolahan,
takut dicampakkan dari pergaulannya.
Dan telah berulang kali Allah menegaskan bahwa Allah akan menjamin rizki setiap makhluk. Dan Allah telah berjanji akan memberikan selalu jalan keluar atas segala persoalan bagi hambaNya yang bertaqwa, dan Dia akan mengugerahkan rizki dari arah yang tak disangka-sangka. Masih layakkah kita menomorsekiankan dakwah dan lebih mendahulukan kepentingan kuliah, sekolah, pekerjaan, teman, keluarga, diri sendiri? ? ?
Mari kita bersama berbenah diri, pantaskah Allah menurunkan pertolonganNya kepada kita dan memenangkan kaum muslimin dalam kondisi kita yang seperti ini.
Dan telah berulang kali Allah menegaskan bahwa Allah akan menjamin rizki setiap makhluk. Dan Allah telah berjanji akan memberikan selalu jalan keluar atas segala persoalan bagi hambaNya yang bertaqwa, dan Dia akan mengugerahkan rizki dari arah yang tak disangka-sangka. Masih layakkah kita menomorsekiankan dakwah dan lebih mendahulukan kepentingan kuliah, sekolah, pekerjaan, teman, keluarga, diri sendiri? ? ?
Mari kita bersama berbenah diri, pantaskah Allah menurunkan pertolonganNya kepada kita dan memenangkan kaum muslimin dalam kondisi kita yang seperti ini.
Ade-ade dan teteh-teteh para pengemban dakwah....
Mari kita renungkan bersama,
sudahkah Dakwah sebagai Poros Hidup kita?
Sementara,
kadang kita lebih mementingkan tugas ngajar kita sebagai guru? Kadang kita
lebih mementingkan tugas sekolah sebagai pelajar? Kadang kita lebih
mementingkan urusan bisnis kita? Kadang kita lebih mementingkan
aktivitas-aktivitas yang mubah dibanding aktivitas kewajiban kita dalam dakwah?
Ade-ade dan teteh-teteh para pengemban dakwah...
Bukankah
Tujuan kita satu? Tegaknya Syariah Islam di Muka bumi, Tegaknya Khilafah
Islamiyah di bawah 1 kepemimpinan,Tegaknya kalimah “Allaahu Akbar”, Tegaknya
kalimah “Laa ilaaha Illallah, Muhammadar Rosulullah”... tujuan yang besar,
tujuan yang mulia, tujuan yang penuh halangan dan rintangan, tujuan yang akan
menjadikan kita dan kaum muslimin keluar dari keterpurukan, kemiskinan,
ketertindasan, dan pembantaian saudara-saudara kita di luar Suriah dan negeri
muslim lainya...lantas, pantaskah kita melalaikan dakwah yang mulia ini? Dakwah
yang akan menyelamatkan kita dan umat dari azab Allah, dakwah yang akan
menjadikan kita dan umat ini menjadi umat yang terbaik.
Saya begitu terngiang ketika membaca serangkaian ulasan berita tentang bagaimana siksaan yang dialami oleh saudara-saudara kita di suriah, palestina, rohingnya dan negeri-negeri muslim lainnya.
Saya begitu terngiang ketika membaca serangkaian ulasan berita tentang bagaimana siksaan yang dialami oleh saudara-saudara kita di suriah, palestina, rohingnya dan negeri-negeri muslim lainnya.
Ade-ade dan teteh-teteh para pengemban dakwah...
Memang Tidak ada
kata mudah dalam kamus perjuangan. Yang banyak tertulis justru pengorbanan,
cobaan, bahkan siksaan. Kadang kita sudah merasa banyak cobaan dalam dakwah
ini, merasakan beratnya mengarungi ujian dakwah ini, kita lupa akan firman
Allah :
“Apakah kamu mengira bahwa kamu akan
masuk surga, padahal belum datang kepada kamu (cobaan) sebagaimana halnya
orang-orang terdahulu sebelum kamu? Mereka ditimpa oleh malapetaka dan
kesengsaraan serta digoncangkan (dengan bermacam-macam cobaan) sehingga
berkatalah Rasul dan orang-orang beriman bersamanya: “Kapan datangnya
pertolongan Allah?” Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu amat dekat.” (TQS. Al Baqarah : 214)
“ya Allah...ampuni hamba-Mu ini yang suka berleha-leha dalam dakwah ketika waktu lapang, lantas kemudian merasa ngeri dengan siksaan perjuangan di masa yg akan datang...
Kondisi nyaman sering kali membuat manusia lalai dan lupa, termasuk aktivis dakwah yg lalai dan lupa akan kondisi yang jauh lebih tragis daripada siksaan fisik, kondisi yang menjadi ketakutan seorang pemberani sekelas UMAR Ra,
“...yang aku takutkan bukanlah kekuatan dan keganasan musuh kalian, akan tetapi jauhnya kalian dari pertolongan Alloh dikarenakan maksiat yang kalian lakukan..!”
ade-ade dan teteh-teteh para pengemban dakwah...
Mengapa
terkadang kita gagal meraih target-target dakwah? Banyak alasan yang bisa kita
kemukakan. Mulai dari alasan teknis hingga, alasan politis dan ideologis. Ya…
faktor-faktor kegagalan itu memang nyata adanya. Akan tetapi sebagai renungan.
Kita mesti introspeksi diri. Jujur mengakui diri. Sejauhmana keikhlasan kita,
sekokoh apa ketaatan kita, dan sebesar apa keberserahan diri kita kepada
Allah?.
Ade-ade dan teteh-teteh para pengemban dakwah...
Sedahkah kita ikhlas? Apakah dakwah
yang kita lalukan semata karena Allah, semata untuk kemuliaan Islam dan
kaum muslimin. Ataukah syaitan bermain dengan menyelipkan keinginan
selain keridhaan Allah. Ingin terkenal, terkenal dengan jama’ah yang besar,
agenda dakwah yang tanpa henti. Apakah kontak dan pembinaan yang kita
lakukan hanya karena mengamalkan idari kita sebagai darisah?. Apakah saat nilai
raport jeblok, pekerjaan tak kunjung dapat, jodoh tak kunjung datang maka
kambing hitamnya adalah dakwah. Layakkah dakwah menjadi kambing hitam? Mari
jujur berapa jam dalam sehari semalam yang kita gunakan untuk berdakwah? Lebih
banyak untuk kepentingan menegakkan agama Allahkah ataukah kepentingan dunia?.
Bahkan, kadang masih sempat menonton acara tv yang tidak terlalu bermanfaat.
Padahal nabi menyatakan diantara ciri baiknya keislaman seseorang adalah
meninggalkan perkara yang tidak bermanfaat (min husni islami al mar’i tarkuhu maa laa ya’nihi).
Ade-ade dan teteh-teteh para pengemban dakwah...
Sudahkah kita merasa taat? Ataukah
terkadang kita melalaikan shalat? Terkadang mata terlampau menikmati yang haram
untuk dilihat, lisan demikian mudah mengeluarkan kata-kata kasar nan
menyakitkan, hati terjebak pada prasangka-prasangka buruk. Padahal seluruh
anggota tubuh kita kelak bersaksi di hadapan Allah atas apapun yang kita perbuat.
Ade-ade dan teteh-teteh para pengemban dakwah...
Sudahkah kita memperbaiki akhlak pada
keluarga?. Karena Nabi nyatakan sebaik-baik kalian adalah yang paling baik
akhlaknya pada keluarga. Sudahkah kita meluangkan waktu khusus untuk membaca
dan menghafal al quran? Kitab yang menjadi hujjah kita saat berdakwah. Agar
‘rumah hati’ kita tidak rapuh bahkan roboh. Sudahkah kita senantiasa
memperbanyak istighfar dan zikir kita pada Allah? Bukankah Nabi saw, kekasih
Allah yang terjaga dari dosa beristighfar paling sedikit 70 atau 100
kali. Bagaimana dengan kita? Astaghfirullahal ‘adzhim.
Ade-ade dan teteh-teteh para pengemban dakwah...
Diantara ketaatan kita pada Allah dan
Rasul-Nya adalah mengikuti halqah sesuai dengan aturan. Wahai saudaraku halqah
adalah sunnah Nabi saw. Dengan halqah inilah ‘Umar bin Khattab dan sederatan
generasi awal dari kalangan sahabat menjadi pembela Islam. Dengan halqah inilah
kutlah nabi dan kutlah ini terbentuk. Berawal dari halqahlah ide Islam
tersebar. Dan berawal dari halqah inilah Khilafah ar rasyidah ats tsaniyah akan segera berdiri. Maka
ade-ade dan teteh-teteh
jangan pernah abaikan halqah.
Ade-ade dan teteh-teteh para pengemban dakwah...
Sudahkah
kita berdoa setiap akan menyampaikan materi KP an, halqah, mengisi majlis
ta’lim, dsb?. Rutinkah kita mendoakan adik-adik binaan kita, tokoh yang kita
kontak, dan seluruh kaum muslimin agar Allah membukakan hati-hati mereka
dan mengokohkannya dalam perjuangan? Menyebut nama mereka satu persatu dalam doa
kita. Sudahkah kita bergetar dengan penuh harap pada Allah saat meminta
perlindungan saudara-saudara kita di Myanmar, Palestina, Suriah, dll?.
Sebagaimana saat kita bergetar tatkala berdoa agar musibah yang menimpa segera
berlalu.
Ingat
Allah Rabb Pencipta Alam semesta, manusia dan kehidupan telah memberikan
berjuta potensi kepada kita, Dialah...yang telah memilih kita berada di barisan
orang-orang yang mengemban tugas mulia ini. Tidakkah kita menyadari bahwa
kitalah orang-orang yang dipilih Allah untuk mengemban tugas yang pernah
diemban Rasul dan para Shahabatnya... Maka kerahkanlah seluruh potensi yang
telah Allah berikan kepada kita, kerahkanlah semuanya untuk dakwah. Andai saja
kita memiliki sepuluh potensi kalo kita hanya mengerahkan sembilan saja maka
ingat kita telah berkhianat atas potensi yang Allah berikan kepada kita.
Tidakkah kita takut kepadaNya? Lihat para shahabat apakah setiap harinya
digunakan untuk berleha-leha? Apakah mereka bersantai-santai dalam berdakwah?
Apakah mereka bermain-main dengan urusan yang serius ini? Tidak sahabatku...
bagaimana ketegaran seorang Bilal bin Robbah, dia tegar dalam menghadapi ujian
dakwah, bagaimana bila hal itu menimpa kita? Lihat juga keluarga Yasir,
Sumayyah telah menjadi syahidah pertama bagi umat ini demi mempertahankan
keimanannya. Bagaimana kita? Tidakkah kita ingat kata-kata Sumayyah ketika dia
diberi kabar oleh Rasulullah “bersabarlah, sungguh syurga untukmu” ia malah
berkata “sungguh syurga itu di depan mata ya Rasulullah”
Ade-ade
dan teteh-teteh
para pengemban dakwah....
Kita
seringkali menuntut untuk beristirahat dalam dakwah ini, mengeluh, banyak
beralasan ini dan itu. bukankah Rasulullah saw. Panutuan kita? Dia hanya
mengatakan “innii Laa Roihata ba’dalyaum ya Khadijah” sungguh tidak ada waktu
istirahat setelah ini wahai Khadijah. Itulah kata-kata yang terucap dari lisan
Nabi ketika beliau telah diangkat oleh Allah untuk mengemban dakwah Islam ini,
bagaimana dengan kita? Banyak manakah yang kita miliki? untuk istirahat? untuk
nonton TV? Untuk belanja? Lalu..untuk dakwah?? Untuk Allah? Berapa jam?? Mari
kita isi sisa hidup kita hanya dengan dakwah untuk memperjuangkan Syariah dan
Khilafah....
Label:
Dakwah
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar